• 28

63 7 2
                                    

selamat membaca -!

•••

Suasana UKS kini tampak lebih penuh dari biasanya. Penyebabnya adalah gadis berambut sebahu yang tiba-tiba pingsan.

Sudah terhitung satu jam, mata gadis itu enggan terbuka. Semua pasang mata fokus memperhatikan gadis yang masih terbaring di atas brankar.

"Nih bocah kaga mati kan?"

Celetukan itu berhasil membuat semuanya menoleh ke arah sumber suara. Aldan dengan mulut pedas nan ember itu tiba-tiba saja berceletuk.

"Mulut lo beneran kaga pernah di sekolahin ye?!" sahut Arumi.

"Kenapa bisa pingsan deh?" tanya Aldan.

"Belum sarapan, terus tadi dihukum sama Bu Nina bersihin toilet. Alhasil, maag nya kambuh," jawab Jovan.

Diantara mereka, Jovan lah yang merasa paling khawatir. Karena orang tua Mala sudah menitipkan Mala kepadanya.

"Coba bawa ke klinik aja deh, khawatir banget gue," ucap Cia.

"Nah betul itu," sahut Zea.

Jovan tampak memikirkan ide Cia. Memang benar, menunggu Mala siuman adalah hal yang sia-sia. Lebih baik dibawa ke dokter, siapa tau ada sakit yang tidak terdeteksi kan?

Brak

Suara pintu UKS yang dibuka secara kasar mampu membuat semua orang yang berada di dalamnya terkejut.

Bian datang dengan nafas tersengal. Lelaki itu langsung berlari ke UKS saat menerima pesan dari Aldan.

"Mala mana?" tanya Bian.

"Itu masih pingsan, Bang," jawab Jovan. Semua orang memberi jalan agar Bian bisa melihat Mala lebih jelas.

Wajah pucat dengan mata terpejam itu yang pertama ia lihat. Bian mengelus pelan rambut Mala yang berantakan dan merapihkannya.

Ia mengecek dahi Mala, untuk memastikan apakah gadis itu demam atau tidak. Sensasi panas langsung menerpa telapak tangan Bian, saat telapak tangannya berada di atas dahi Mala.

"Mala demam," ucap Bian yang membuat seisi ruangan terkejut.

"Perasaan tadi suhu tubuhnya normal deh pas di periksa sama anggota PMR," sahut Zea.

"Kalian tunggu sebentar disini. Gue mau cari kompresan sama bubur," ucap Bian.

Sebelum bangkit, tangannya sudah dicekal oleh Aldan. "Gausah, lo tunggu sini aja. Kompresan sama bubur biar gue sama Arumi yang cariin."

Arumi menoleh dengan cepat." Sejak kapan gue setuju?"

"Tega banget lo sama temen sendiri," sahut Aldan.

"Ck. Iya, iya."

Aldan dan Arumi pergi untuk mencari kompresan dan bubur. Sedangkan sisanya masih setia berdiri di samping brankar Mala, menunggu gadis itu siuman.

"Udah pingsan berapa lama?" tanya Bian.

"Udah 1 jam, Kak," jawab Cia.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang