• 09

76 8 2
                                    

selamat membaca -!!

•••

Langkah kaki Mala terhenti ketika melihat Bian sedang berbicara dengan seorang perempuan di depan kelasnya. Pandangan Mala langsung kebawah, pikiran Mala terbagi dua.

Duh kasih atau jangan ya? Mana di kelas ini gue cuman kenal sama Kak Bian. Batin Mala.

Mencoba memberanikan diri mengangkat pandangannya, mata Mala langsung beradu dengan mata coklat tua milik Bian. Jantung Mala berpacu lebih cepat.

Dapat ia lihat, Bian berjalan menuju ke arahnya. Tanpa memutuskan kontak mata diantara mereka.

Plis. Jangan kesini dong. Nanti gue jadi gagu.

Gagal. Nyatanya langkah Bian berhenti tepat di depan Mala.

"Kenapa diem disitu, Mal?" tanya Bian.

Mala mendongkak karena tubuh Bian yang lebih tinggi dari tubuhnya. "Ini kak, ada titipan dari Pak Indra. Buat anak kelas 11 MIPA 1."

"Tumben banget gue ga gagu," guman Mala. Gadis itu menyodorkan selembar kertas yang tadi diberikan oleh Pak Indra.

Bian menerimanya dengan tangan kanan. "Makasih. Mau ngasih ini aja?"

Mala mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu memperhatikan Bian yang memakai baju olahraga futsal lengkap dengan sepatunya. "Lo tanding jam berapa, Kak?"

Lelaki itu tampak melirik arlojinya. "Jam 9:15. Nanti lawan kelas 11 IPS 1. Kenapa? Lo mau nonton?"

"Nonton kalo ada temennya," jawab Mala.

Bian menyentuh bahu Mala dan menggeser pelan tubuh Mala saat ada dua siswa yang berlarian hendak menabrak tubuh mungil Mala.

Mala mematung, tangan Bian masih bertengger manis di bahu nya.

"Nonton aja, nanti gue suruh Aldan buat temenin lo," ucap Bian. Lelaki itu belum sadar bahwa tangannya masih menyentuh pundak Mala.

"I-iya, Kak."

"Yaudah, gue ke kelas dulu..."

Saat tersadar, Bian langsung menurunkan tangannya dari bahu Mala kemudian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"... Maaf, gue ga ngeh."

Mala mengedipkan matanya berkali-kali dan sialnya itu terlihat menggemaskan dimata Bian.

"WIDIH! Ada yang lagi di apelin nih gue liat-liat."

Suara yang berhasil memecahkan kecanggungan yang sempat terjadi. Mala dan Bian menoleh secara bersamaan ke arah belakang tubuh Bian.

Nolan. Si pelaku itu merangkul bahu Bian kemudian merebut kertas yang ada di tangan Bian.

"Daftar nama yang ikut lomba," guman Nolan.

"Lo ngapain kesini?" tanya Nolan.

"Disuruh Pak Indra ngasihin kertas itu ke kelas Kakak," jawab Mala.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang