• 38

70 6 0
                                    

selamat membaca -!

•••

Mata coklat terang itu memandang takjub ke arah hamparan air tanpa ujung di hadapannya. Dengan cahaya sunrise yang membuat pemandangan di hadapannya semakin indah, dan membuat matanya semakin berbinar.

"Suka?"

Netranya berhenti menatap takjub ke arah depan, lalu berbelok ke samping dan menangkap sosok yang selama ini mengisi ruang hatinya.

Dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya, juga mata yang tak berhenti berbinar, Mala mengangguk mantap. "Banget!"

Bian tersenyum kecil, kemudian tangan kanannya terangkat untuk sekedar mengusap pelan rambut gadis di sampingnya. "Syukur deh kalau suka."

Ke delapan temannya tidak ikut menikmati sunrise di pantai yang awalnya mereka sepakati, mereka lebih memilih melihat sunrise dari vila yang sudah di sewa. Jadilah, disini hanya ada Mala dan Bian. Yang berangkat dari vila sekitar pukul 05:00 WIB.

"Makasih ya, Kak."

Suara itu membuat Bian menoleh ke samping, sedikit menundukkan pandangannya agar matanya bertatapan dengan mata gadis di sampingnya. "Untuk?"

"Everything."

Lagi dan lagi, Bian tersenyum kecil. Lalu membawa tubuh mungil Mala ke dalam dekapan hangatnya.

Mala terkejut, sangat. Ini kali pertamanya Bian memeluknya, biasanya kan selalu Mala yang lebih dulu memeluk Bian.

Di balik bahu tegap Bian, Mala tersenyum lebar hingga matanya menyipit. Ia membalas dekapan itu tak kalah erat, menenggelamkan wajahnya dibalik bahu Bian.

"Bentar lagi kita satu tahun ya?" tanya Bian dan dibalas anggukan kepala oleh Mala.

"Cepet banget ya waktu? Perasaan baru kemarin kita duduk bareng pas ulangan," sambung Bian. Ia perlahan menguraikan pelukan itu, hingga kini ia bisa melihat dengan jelas wajah Mala.

"Baru aja kemaren ada yang ragu-ragu mau ngasih semangat ke aku," sambungnya lagi.

Mala berdecak. "Ish! Gausah diinget lah, malu aku."

Bian tertawa lepas, dengan tangan yang tak lepas bertengger manis di bahu Mala.

"Tangan kamu berat tau, awas ih," ucap Mala seraya berusaha menurunkan tangan Bian dari bahunya.

Bukannya menurunkan tangannya dari bahu, Bian malah merangkul bahu Mala dan melingkarkan lengan kekarnya di leher gadis itu.

"Kak! Mau bikin aku mati?!" Mala berujar dengan kesal. Perlu diingat ya, tubuh Mala itu kecil. Sedikit jomplang dengan tubuh kekar dan tinggi milik Bian.

"Liat kesono deh, bagus banget." Bian menunjuk ke arah selatan dengan jari telunjuknya, dan Mala mengikuti arah telunjuk tangan kanan Bian.

Selama Mala menatap ke arah selatan, tangan kiri Bian yang awalnya melingkar di bahu Mala itu turun dan mengambil sesuatu dari saku celananya. Mengeluarkan sebuah kotak kecil, dan mengambil isinya.

Memposisikan sebuah kalung dengan ukiran bulan itu tepat di depan wajah Mala, membuat mata sang empu membulat. Gadis itu berbalik, menatap Bian dengan tatapan yang sulit di artikan, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum manis.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang