• 08

72 7 3
                                    

selamat membaca-!!

•••

Suasana sekolah di sore hari sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang. Hari ini Bian tidak membawa motor karena ban motornya kempes untuk kesekian kalinya. Lelaki itu duduk di halte depan sekolah, dengan headphone bluetooth yang bertengger manis di telinganya.

Alunan musik Moving On -  Kodaline memasuki gendang telinganya. Mengamati jalanan yang padat karena memang sudah jam pulang kerja. Sesekali mulutnya bersenandung mengikuti lirik lagu.

Melirik arlojinya yang menunjukkan pukul 17:18 WIB. Selang dua menit, bus yang ditunggunya datang.

Bian bangkit kemudian men- tap kartu E-money nya. Saat itu, pandangannya tidak sengaja melihat ke arah gerbang sekolah. Dimana ada seorang gadis yang sedang berlarian menuju ke arah halte.

"Pak, tunggu sebentar ya. Itu teman saya mau naik juga," ucap Bian kepada supir bus. Supir bus itu menganggukkan kepalanya lalu menoleh ke arah gadis remaja yang masih celingak-celinguk untuk menyebrang jalan.

"PAK JANGAN DULU BERANGKAT!!!!" teriakan itu mampu membuat seisi bus menoleh ke arah sumber suaran.

Gadis itu akhirnya berhasil menyebrang jalan walau mendapat beberapa makian dari pengendara dijalan karena terlalu asal menyebrang.

Dengan langkah yang tergesa-gesa, gadis dengan rambut yang dicepol asal itu masuk ke dalam bus kemudian men tap kartu nya.

"Makasih banyak, Pak."

Mala meringis kecil kala semua orang yang didalam bus menatapnya heran. Gadis itu mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang kosong, dan pandangannya berhenti pada kursi kosong dipojok belakang.

Mala berjalan ke arah kursi tersebut dan mendudukkan dirinya di kursi, kemudian mencoba mengatur nafasnya. Mengeluarkan headset dari dalam tasnya, kemudian mendengarkan musik sambil menatap ke arah jalanan.

Merasakan ada seseorang yang duduk disampingnya, Mala menoleh.

"Eh Kak Bian," panggil Mala lalu melepaskan headset yang menggantung di telinganya.

Bian menoleh. "Iya."

ck. Sombong amat sih. Batin Mala.

"Rumah kita searah ya?" tanya Mala.

"Kayaknya," jawab Bian. Lelaki itu menurunkan headphone nya sampai ke leher.

"Teriakan lo tadi keras banget sampe semua orang di bus nengok," lanjut Bian.

Mala terkekeh pelan. "Lagian sayang banget kalau sampe ketinggalan ini bus, bisa nunggu setengah jam lagi."

Bian tidak membalas. Keadaan hening selama beberapa menit, dan Mala membenci suasana seperti ini.

"Kak," panggil Mala.

Bian menoleh, dan tatapan mereka beradu selama beberapa detik dengan posisi wajah keduanya yang cukup dekat sebelum akhirnya Mala memalingkan pandangannya ke arah jalanan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang