• 31

49 6 0
                                    

selamat membaca-!

•••

Satu minggu sudah berlalu. Hari ini sudah hari Senin, dan Bian masih belum ada kabar. Mala memasukkan sedikit demi sedikit nasi berserta lauk ke dalam mulutnya. Ia sebenarnya tidak nafsu makan, tetapi Diana memaksanya. Jangan lupa, bahwa Mala mempunyai maag yang mengharuskannya makan tepat waktu.

"Yah, aku berangkatnya bareng ya?" tanya Mala.

Aldi yang sedang fokus makan itu menoleh. "Boleh."

"Nes! Makan yang benar! Jangan cuman diaduk-aduk," tegur Diana.

"Iya, Mah," sahut Mala dan memasukkan makanannya kedalam mulut.

Jam sudah menunjukkan pukul 06:40 WIB. Mala bangkit dari kursi setelah sarapannya habis, dan mencium tangan Diana. "Nesa berangkat sekolah dulu."

Diana mengangguk, tak lupa mengelus kepala anaknya yang sepertinya sedang ada masalah itu dengan lembut.

"Nes, tolong buka gerbang ya. Ayah mau ngeluarin mobil," ucap Aldi yang dibalas anggukan oleh Mala.

Gadis itu berjalan perlahan menuju gerbang, membukanya sampai ujung. Saat pandangannya lurus ke depan, Mala mematung. Tubuhnya kaku dengan pandangan lurus ke depan, bertatapan dengan seseorang.

"Mal."

Suara itu. Suara yang sudah menghilang dari pendengarannya selama seminggu. Suara yang selalu ia rindukan akhir-akhir ini. Suara yang menjadi penyebab mood nya selalu buruk akhir-akhir ini.

Mala memejamkan matanya, berharap agar bulir air matanya tidak turun. Tidak! Ia tidak boleh luluh hanya karena panggilan itu.

"Pergi. Aku mau berangkat sekolah."

Orang itu mendekat. "Bareng aku aja."

"Ngga. Bareng Ayah," tolak Mala.

"Mal. Plis, aku mau lurusin semuanya."

"Pergi, Kak Bian. Jangan sampai Ayah ngeliat Kakak," usir Mala. Matanya ia buang ke sembarang arah, enggan menatap mata Bian.

"Mal..." panggil Bian lemah.

"Pergi!"

Gadis itu langsung masuk kerumah menuju garasi dan naik ke mobil Aldi.

Bian menghembuskan nafasnya pelan. Oke, kali ini ia mengalah. Ia akan coba membujuk Mala nanti ke sekolah. Biarlah Mala berangkat bersama Aldi, Bian tidak akan memaksa.

Lelaki itu naik ke motornya, lalu melajukan motornya menuju sekolah.

Sedangkan, Mala sedari tadi tidak bisa di fokus. Dijalan, ia banyak melamun hingga tidak sadar bahwa mobil yang di kendarai oleh Aldi sudah sampai di depan gerbang sekolah ATMAJAYA.

"Nesa!"

"Nes!"

Aldi menghembuskan nafasnya kasar. Sepertinya anaknya ini memang sedang banyak pikiran. "Nirmala Aneisha!" panggil Aldi sambil melambaikan tangan besarnya dihadapan wajah Mala.

"Eh?"

Mala celingukan. Gadis itu tampak bingung dan setelah sadar ia menepuk dahinya. "Ya ampun. Ga kerasa udah ada di sekolah aja."

Aldi menggelengkan kepalanya pelan. "Kamu sedang ada masalah? Inget ya, jangan pernah pendam masalah sendirian."

"Siap, Yah! Nesa gaada masalah berat kok, cuman masalah kecil dalam percintaan hehehe," jawab Mala diakhiri dengan kekehan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang