selamat membaca -!
•••
Lagi dan lagi. Yang Mala lakukan adalah melamun, kali ini ia melamun di balkon kamarnya. Ah tenang saja, ia tidak akan segila itu untuk meloncat dari balkon kamarnya hanya karena lelaki.
Gadis itu diam melamun di atas tikar berbulu sambil memandang kelangit. Jam yang sudah menunjukkan pukul 22:30 WIB itu tak mampu membuat Mala beranjak dari tempatnya.
Semakin malam, ia merasa langit semakin indah. Bulan lebih bersinar, dan bintang terasa lebih banyak.
Mala menoleh ke samping, tepatnya ke rumah tetangga saat telinga nya sayup-sayup mendengar petikan senar gitar.
"Van!" panggil Mala.
Selang beberapa detik, seorang lelaki keluar dengan membawa gitar. "Loh belum tidur lo?"
"Ga bisa tidur," jawab Mala.
Model rumah Mala dan Jovan hampir sama persis, hanya beda di beberapa bagian saja. Kamar Mala dan Jovan sama-sama di depan, dan mendapat balkon. Jadi kini, Mala duduk menghadap ke samping. Tepatnya mengarah ke balkon kamar Jovan.
"Nyanyi dong," ucap Mala.
"Ditimpuk sama Mamah yang ada kalau gue nyanyi malem-malem," sahut Jovan.
"Sebentar aja. Satu lagu deh," tawar Mala.
"Mau lagu apa?" tanya Jovan. Lelaki itu menarik kursi dan menaruhnya di ujung balkon, agar nyanyiannya terdengar lebih jelas.
"Usai- Tiara Andini," jawab Mala.
Jovan mendengus. "Masih aja galau."
Mala terkekeh. "Ayo dong. Lo yang main gitar, gue yang nyanyi deh."
"Senar gitar gue anti galau," sahut Jovan.
"Pelit lo!" seru Mala yang hanya dibalas gidikan bahu oleh Jovan.
Lelaki itu memetik asal senar gitarnya membentuk melodi indah, dan Mala menyukai itu. Alunan gitar yang Jovan bawakan, membuat Mala merasa nyaman. Ia kembali menghadap ke atas untuk melihat ribuan bintang yang berlomba-lomba mengeluarkan cahaya terbaiknya agar bisa bersanding dengan bulan.
Mala jadi teringat dirinya. Ia berusaha sebaik mungkin untuk menjadi pasangan Bian, agar orang menganggap dirinya pantas bersanding dengan Bian. Ia berusaha sekeras itu, tanpa tau bahwa usahanya membuat Bian menganggap dirinya egois.
Mala ingin hubungan yang sempurna, ia ingin hubungannya berjalan lancar dengan memaksa komunikasi lancar kepada Bian.
"Bukan salah lo, Mal. Lo ga salah."
Suara itu membuyarkan pikiran-pikiran Mala. Gadis itu menoleh lalu matanya menatap lurus ke arah Jovan yang juga menatapnya.
Itu yang ingin ia dengar.
Lo ga salah.
Kalimat itu lah yang membuat Mala sedikit demi sedikit mulai berhenti menyalahkan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionEphemeral (adjective), artinya berlangsung untuk waktu yang sangat singkat. Sialan. Mala merutuki hatinya yang sangat mudah untuk jatuh cinta itu. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta kepada lelaki yang tidak sengaja ia lihat saat sedang tersenyum? Ter...