selamat menikmati karya haluanku-!
•••
Bel tanda istirahat sudah berbunyi sejak 3 menit yang lalu. Tapi, Mala masih berkutat dengan buku tulisnya. Gadis itu melihat ke arah papan tulis dan buku tulisnya secara bergantian.
"Mal, lama amat sih nulisnya. Ayo cepet ke kantin," ucap Rumi. Perutnya sudah keroncongan sedari tadi minta di isi oleh makanan.
Mala yang sedang fokus menulis pun menoleh ke arah nya. "Duluan aja, pesenin gua uduk 1. Nanti gue nyusul sama Cia."
Patricya itu salah satu teman sekelasnya, kebetulan Cia duduk dibelakang Mala sehingga hubungan mereka cukup dekat walau baru kenal beberapa bulan terakhir.
"Gue sama Zea duluan ya?" tanya Rumi.
"Pala lo duluan. Gue aja ini belum beres nulis," jawab Zea. Ah rupanya gadis itu juga sedang fokus mencatat materi hari ini.
Rumi berdecak kesal. "Kalian kenapa nulisnya pada lama sih?"
"Ya karena kita nulis dari awal sampai akhir. Emang nya lo, cuman nulis setengah doang," jawab Mala.
"Cia, lo juga masih nulis?" tanya Rumi sambil berjalan ke arah meja Cia yang hanya terhalang oleh meja Mala dan Zea.
Cia terlihat sedang mencari sesuatu dari dalam tas nya, lalu mengeluarkan kotak makanan dari dalam tas nya. "Gue bawa bekel, jadi ga jajan di kantin."
"Ah elah. Terus gue ke kantin bareng siapa dong?" tanya Ismi kesal.
Mata Mala tidak sengaja melihat Aldan-- salah satu teman sekelas yang hendak keluar ruangan. "Aldan! Lo mau kemana?" tanya Mala.
Aldan berhenti melangkahkan kakinya lalu membalikkan tubuhnya. "Kantin, kenapa emang?"
"Rumi mau bareng tuh ke kantinnya," jawab Mala.
"Sembarangan lo. Gue mau ke kantin bareng kalian," elak Rumi sambil mengibaskan tangannya tanda tidak setuju dengan ucapan Mala.
"Ih udah cepetan sana, daripada nanti sendirian ke kantin mending sama Aldan aja," titah Mala. Setelah mengatakan itu, Mala kembali fokus mencatat materi.
"Dan, gue nitip uduk satu sama gorengan ya? Nanti uangnya diganti di kelas," pinta Zea.
"Gue juga uduk satu sama gorengannya," sahut Mala.
"Duit gue ga cukup kalo buat beli uduk dua, duit jajan gue tadi dipake buat beli rokok di warung atas, " ucap Aldan. Lelaki itu tampak sedang menghitung uangnya.
"Rumi noh banyak duitnya, minta ke dia aja." Rumi langsung melotot kala mendengar ucapan Zea. Yang dikatakan Zea tidak ada salahnya juga sih, uang jajan Rumi memang yang terbanyak di antara mereka berempat.
"Walaupun gue punya banyak duit, gue ga akan mau traktir kalian," ucap gadis itu lalu berjalan menuju kantin tanpa menghiraukan ucapan Mala dan Zea yang berteriak agar dibelikan sebungkus uduk dan satu gorengan.
Aldan menoleh kearah Mala. "Tuh cewe kenapa sensian banget sih?"
"Suka sama lo kali," jawabnya sambil sedikit mengangkat kedua bahunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionEphemeral (adjective), artinya berlangsung untuk waktu yang sangat singkat. Sialan. Mala merutuki hatinya yang sangat mudah untuk jatuh cinta itu. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta kepada lelaki yang tidak sengaja ia lihat saat sedang tersenyum? Ter...