• 25

80 7 5
                                    

selamat membaca -!

•••

Seorang gadis menyandarkan tubuhnya pada gerbang yang sudah ditutup. Gadis itu memegang pipinya sendiri yang terasa memanas.

"Gila, jantung gue bener-bener ga aman."

Suara motor yang mulai menjauh membuat Mala sedikit mengintip kearah luar, gadis itu membuka sedikit gerbang rumahnya kemudian melihat siluet motor yang sudah menjauh.

Kembali menutup pagar rumahnya, lalu berlari kecil menuju dalam rumah. Ia membuka pintu rumahnya, dan dapat ia lihat anggota keluarganya sedang kumpul diruang keluarga, menemani Raden menonton acara televisi kesukaannya. Upin dan Ipin.

"Tumben pulangnya malem, Nes," ucap Diana.

Mala menoleh dengan cepat. Gadis itu langsung duduk di antara Raden dan Diana lalu merebut cemilan yang berada di pangkuan Raden.

"Abis main dulu tadi sama temen," jawab Mala.

Diana memicingkan matanya kemudian menyenggol pelan bahu Mala. "Temen atau cowo yang ada di hp kamu itu? Atau cowo yang pernah jemput ke rumah?"

"Semuanya satu orang yang sama," jawab Mala. "Tadi aku abis makan pecel lele terus pulangnya keliling Bogor."

Diana menganggukkan kepalanya paham. Kedua orang tua Mala tidak pernah melarang untuk bergaul dengan siapapun, asal Mala bisa menjaga diri dan menjaga batasan.

"Gimana? Ada kemajuan ga?" tanya Aldi sambil mencolek dagu putri sulungnya itu.

Mala menolah kemudian mendelik. Gadis itu menatap Diana dengan pandangan menyelidik. "Mamah kasih tau Ayah ya kalo aku suka sama Kak Bian?"

Diana tersenyum kecil sambil mengangkat kedua jarinya. "Lagian pas kamu dijemput itu, Ayah mu bawel banget minta dikasih tau. Daripada uang bulanan Mamah kepotong, mending Mamah kasih tau aja."

"Aaaah Mamahhh, mulutnya ember banget," rengek Mala. Tangan gadis itu sudah dilipat di atas dadanya, sambil menatap kesal ke arah Sang Mamah yang malah cengengesan.

"Pertanyaan Ayah belum dijawab loh, Nes. Ada kemajuan ga?" tanya Aldi sekali lagi. Pria paruh baya itu sudah penasaran setengah mati dengan kisah cinta putri sulungnya.

Mala mengetukkan pelan jari telunjuknya ke dagu. Gadis itu tampak berpikir. "Kalo aku kasih tau, Ayah mau kasih apa?"

Aldi yang mendengar pertanyaan itu langsung menyentil pelan dahi Mala. "Kamu ini cari kesempatan dalam kesempitan. Ayo cepetan kasih tau, Ayah. Nanti uang jajan kamu nambah."

"YESSS!!" seru Mala.

"... nambah lima ribu," sambung Aldi.

"Ih ga asik banget nambahnya dikit! Cuman buat beli es itu," sahut Mala.

"Kan kamu ga ngasih tau pengen naiknya berapa, jadi segitu aja. Ayo, Nes. Ada kemajuan ga?" tanya Aldi.

Mala mengecurutkan bibirnya. "Ada dong! Yakali diem ditempat. Sekarang kemajuannya cukup pesat!"

"Kenapa? Kenapa? Kamu udah jadian?" tanya Diana yang sedari tadi menyimak obrolan.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang