• 19

57 9 1
                                    

selamat membaca -!

•••

Sebuah motor terparkir tepat di depan gerbang rumah bergaya minimalis itu. Seorang gadis turun dari motor dan melepaskan helmnya. Membenarkan sedikit poninya yang berantakan.

"Makasih banyak ya, Kak!" seru Mala.

Bian tersenyum singkat. "Sama-sama. Jangan lupa bebersih."

Mala mengacungkan jari jempolnya seraya tersenyum lebar. "Siap!"

Tangan Bian terangkat, mengusap lembut puncak kepala Mala hingga sang empu menahan nafas. Cukup lama tangan Bian mengusap kepala Mala.

Hingga di detik ke 40, Bian menurunkan tangannya kemudian kembali tersenyum untuk menutupi rasa gugupnya.

"Udah sana masuk," ucap Bian memecah keheningan malam.

Mala mencoba mengumpulkan kembali kesadarannya. "I-iya, Kak. Makasih ya sekali lagi." Setelahnya gadis itu berlari kecil menuju dalam rumah.

Menyandarkan tubuhnya di balik gerbang rumah sembari memegang dada bagian kiri yang masih berdebar kencang. Mengusap pelan kepalanya sendiri lalu tersenyum lebar.

"KAKAK!"

Teriakan itu mampu membuat lamunan dan senyuman Mala memudar. Mala menoleh dan menatap Raden yang sedang menatap nya sambil memakan es krim.

"Kakak kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Raden.

Mala gelagapan, gadis dengan rambut kuncir kuda itu tidak menanggapi pertanyaan dari Raden dan berlari kecil menuju kamarnya. Niatnya ingin langsung masuk ke kamar, tetapi langkahnya terhenti kala ia melihat Diana, Aldi, Aminah, dan Jovan tengah duduk di ruang makan sedang menatap nya.

"Abis darimana kamu?" tanya Diana sambil memicingkan matanya.

Hendak menjawab pertanyaan dari Diana, tapi kalah cepat dengan Jovan.

"Abis jalan sama gebetan, Tan," jawab Jovan kemudian mengambil sepotong tempe dan memakannya.

"Ish! Bukan, orang cuman teman kok," elak Mala dan berjalan menuju kursi yang kosong. Tepat disamping Jovan.

"Alesan terus idup lo. Padahal dari cara lo natap dia aja udah keliatan, kalo lo suka sama dia," sahut Jovan.

Mala menyenggol kaki Jovan. "Sotau banget!"

Jovan mengangkat bahunya acuh. "Emang tau."

"Sudah sudah. Mari makan," lerai Aldi sebelum Mala mengatakan umpatan kepada Jovan.

"Makasih banyak ya Bu Diana dan Pak Aldi udah ngundang kita buat makan malam disini," ucap Aminah sambil tersenyum.

Diana membalas senyuman itu. "Gausah pake Bu, panggil nama aja. Diana. Nanti gausah sungkan sama keluarga kami, kan kita tetangga."

"Berarti kalo aku mau makan terus dirumah gaada makanan, boleh ikut makan disini?" tanya Jovan dan diberi anggukan oleh Diana.

Aminah membulatkan matanya dan tersenyum malu. "Maafin anak saya ya, emang suka gatau diri."

"Setuju," sahut Mala.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang