selamat membaca -!
•••
Akhir- akhir ini isi kepala Bian bukan lagi tentang Anala, melainkan tentang Nirmala. Gadis lugu yang selalu menundukkan kepalanya saat berhadapan dengan Bian, gadis yang memiliki mata berwarna coklat terang, gadis dengan rambut sebahu yang berhasil menggeser pikiran tentang Anala di otaknya.
Bian merebahkan tubuhnya di atas kasur, kemudian mengambil ponselnya yang ada di nakas.
Aldan
An, sini ke tongkrongan
mager keluar
kaki gue sakitemg belum sembuh? kan tadi abis dianter sama cewe
tai lo
Bian melempar ponselnya ke kasur, lelaki itu bangkit kemudian berjalan menuju dapur. Rumah nya tampak sepi, pasti semua anggota keluarganya sedang keluar.
Bian membuka kulkas kemudian mengambil air es dan meminumnya langsung dari botol.
Plak.
Uhuk. Uhuk.
Suara geplakan di tengkuk Bian, di iringi oleh suara batuk karena tersedak air minum membuat suasana dapur yang awalnya sepi menjadi sedikit berisik.
"Udah Bunda bilang! Kalo minum itu di gelas! Jangan di botolnya langsung!"
Indira berkacak pinggang sambil memandangi anak bontotnya itu yang masih terbatuk.
"Aduh, Bunda! Ya minimal jangan ngagetin dong! Ian jadi keselek gini," ucap Bian kala batuknya sudah mereda.
"Ya kamu sih bandel banget dibilangin! Ga mempan sama omongan, yaudah dibikin kapok aja," sahut Indira. Wanita dengan kerudung bergo yang menutup rambut nya itu mengambil gelas berisi air hangat kemudian menyodorkan nya ke arah Bian.
"Nih, minum lagi. Biar tenggorokan nya ga sakit."
Bian meneguk air hangat yang diberikan oleh Indira. Pandangan Indira jatuh pada kaki Bian yang masih terbalut oleh kain kasa.
"Kaki kamu kenapa, Ian?" tanya Indira kemudian menunduk untuk melihat lebih jelas.
"Keinjek tadi pas tanding," jawab Bian.
"Kok bisa sih?" tanya Indira. "Masih sakit ga?"
"Bisa lah namanya juga tanding. Tadi lawan main Ian kesulut emosi jadi kaki Ian kena sasarannya," jawab Bian.
Oh iya, Ian adalah panggilan masa kecil Bian yang sampai kini masih dipakai tapi hanya untuk orang terdekat saja seperti keluarga.
"Perlu diganti kain kasanya?" tanya Indira, lagi.
"Ga perlu Bundaku sayang. Nanti juga Ian copot kain kasanya, ga betah. Mau diganti pake hansaplast aja," jawab Bian mencoba meyakinkan Indira untuk tidak terlalu khawatir.
"Ck! Di sekolah anak futsal, dirumah anak mami."
Bian dan Indira menoleh ke arah belakang. Disana ada Kelvin -- kakak Bian sedang berjalan ke arah mereka dengan tas yang disampirkan di bahu kanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ephemeral
Teen FictionEphemeral (adjective), artinya berlangsung untuk waktu yang sangat singkat. Sialan. Mala merutuki hatinya yang sangat mudah untuk jatuh cinta itu. Bagaimana mungkin ia jatuh cinta kepada lelaki yang tidak sengaja ia lihat saat sedang tersenyum? Ter...