• 36

63 3 0
                                    

selamat membaca -!

•••

Suasana villa menjadi lebih adem karena hari semakin sore. Matahari mulai mengeluarkan sinar berwarna orange, membuat pemandangan hamparan pantai yang berada tepat di depan mereka semakin indah.

Villa yang disewa memang berada di pesisir pantai. Pantai yang mereka rencanakan untuk dikunjungi berjarak sekitar beberapa km dari villa. Besok pagi mereka akan melihat sunrise di pantai yang sudah direncanakan.

Semua orang berkumpul di teras, dengan beralaskan tikar yang dibawa oleh Arumi.

Jovan memainkan gitar yang dibawanya, memetik senar gitar dengan asal tapi enak di dengar karena alunannya yang halus.

"Van, request lagu dong," ucap Arumi.

Jovan menghentikan jemarinya yang sedang memetik senar gitar, lalu menoleh. "Lagu apa?"

"Dj peradaban," jawab Ezra.

"Bego. Ya kali maen gitar lagunya dj," cibir Jovan.

"Nothing Gonna Change My Love For You," jawab Mala. Tiba-tiba saja, ia ingin mendengar lagu kesukaannya itu.

"Biar gue aja yang main gitar."

Lelaki yang sedari tadi hanya menyimak itu mengambil gitar dari pangkuan Jovan. Duduk berhadapan dengan gadis yang merekomendasikan lagu Nothing Gonna Change My Love For You.

"Kenapa? Ga percaya aku bisa main gitar?" tanya Bian ketika melihat Mala yang tidak berkedip menatapnya.

Mala mengerjap, lalu menggelengkan kepalanya. "E-eh. Engga kok. Lanjut aja." Gadis itu bangkit, hendak mengambil air minum, tenggorokannya terasa sangat kering.

"Mau kemana? Ga dengerin lagu nya?" tanya Bian.

"Mau istirahat. Ngantuk, belum sempet tidur," jawab Mala lalu melangkahkan kakinya menuju kamar di lantai atas. Niat awal untuk minum, ia urungkan.

Bian ikut bangkit. Ia menyerahkan gitar itu kepada pemiliknya. "Nih, kalian lanjut aja."

Dengan langkah besar, Bian berhasil menggapai tangan Mala yang hendak membuka knop pintu kamar lantai atas.

"Masih marah?" tanya Bian.

Mala membalikkan tubuhnya ke arah Bian. "Engga, cuman kecewa. Kamu udah janji buat ngasih kabar ke aku kalau ada apa-apa, tapi diingkari."

"Nirmala, marahnya di pending dulu ya? Ga enak sama temen-temen, mereka udah capek-capek kesini niatnya mau liburan. Tapi malah canggung karena kita berantem," ucap Bian.

Mala menatap lekat manik berwarna coklat gelap itu. "Jujur sama aku. Kamu abis darimana? Pas aku di bonceng kamu, aku cium parfum perempuan."

"Aku abis nganter Bunda ke pasar, sayang. Itu parfum Bunda kayaknya," jawab Bian.

"Gausah bohong. Aku tau banget parfum Bunda kayak gimana," sahut Mala seraya melipat kedua tangannya di depan dada.

"Emangnya parfum Bunda cuman itu aja? Dia itu pengoleksi parfum, di kamarnya ada banyak banget parfum. Kalau ga percaya, nanti pulang dari sini kita ke kamar Bunda," ucap Bian.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang