• 26

68 5 0
                                    

selamat membaca-!

•••

Karena keasyikan mendengarkan cerita Zea, Mala kelupaan untuk makan bersama di kantin dengan Bian. Alhasil, untuk menebus rasa bersalahnya, gadis itu menunggu Bian latihan futsal.

Sekolah bubar pukul 15:50 WIB, dan Bian biasanya latihan futsal dari jam 16:00 - 17:15 WIB. Mala menatap ke arah lapangan, disana Bian tampak fokus latihan bersama rekan-rekannya.

Seutas senyuman tanpa sadar terbit dari bibir Mala, kala ia melihat Bian menatap ke arahnya sambil melambaikan tangan.

Mala masih merasa tidak menyangka, bahwa kini ia dengan lelaki yang disukainya mempunyai hubungan spesial. Mengingat kejadian malam itu, membuat pipi Mala perlahan memerah.

"Woi!"

Teriakan itu sudah mampu membuat Mala mengenali sang pelaku. Mala menoleh ke belakang, dan benar saja. Jovan berdiri disana sambil menenteng satu bungkus plastik.

Tanpa permisi, Jovan langsung duduk di samping Mala.

"Ga balik?" tanya Jovan.

Mala menunjuk ke arah lapangan dengan dagunya. "Nungguin Kak Bian."

Jovan menoleh. "Kenapa harus ditungguin?"

Lelaki itu membuka bungkus permen gagang kemudian menyerahkannya kepada Mala dan diterima dengan baik oleh Mala.

"Tadi pas istirahat dia ngajak ke kantin bareng, tapi gue kelupaan. Jadinya gue nungguin dia buat nebus rasa bersalah," jelas Mala.

Jovan menganggukkan kepalanya berulang kali. "Lo udah jadian ya?"

"Iya, tau darimana lo?" tanya Mala.

"Aldan, si mulut ember. Berisik banget tadi dia nanyain ke gue, kalau kalian beneran pacaran atau engga," ucap Jovan.

"Terus lo jawab apa?" tanya Mala.

"Ya gue jawab jujur lah. Gue bilang gatau, lagian lo juga ga pernah cerita perihal rasa suka lo itu," jawab Jovan.

"Gue takut nanti diledek sama lo! Makanya gue ga pernah cerita," ucap Mala.

Jovan menjitak kepala Mala cukup kencang hingga sang empu meringis pelan. "Lo kira gua seember Aldan?"

"Kan kalian satu sirkel, pasti sifatnya sama," sahut Mala.

Sahutan Mala berhasil membuat dirinya mendapat jitakan kedua dari Jovan.

"Teori darimana itu?" tanya Jovan.

"Dari gue," jawab Mala sekenanya.

"Mal."

Panggilan itu membuat keduanya menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Bian datang dengan wajah penuh keringat. Lelaki itu memberi isyarat kepada Mala agar mengambil botol minum di dalam tasnya.

"Nih," ucap Mala sambil menyondorkan botol minum milik Bian dan langsung diteguk hingga tandas.

"Pelan-pelan, Kak."

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang