• 39

43 7 0
                                    

selamat membaca -!

•••

"Cemberut terus, tambah jelek muka lo."

Matanya menatap tajam ke arah lelaki yang duduk bersebrangan dengannya.

"Iya iya, gaakan gue ledek lagi," sambungnya.

"Lo beneran ga ketemu sama Kak Bian di sekolah?" tanya Mala.

Jovan menoleh dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sambil memasang wajah serius. "Suer deh. Ga ketemu gue. Udah gue samperin ke kelasnya juga kaga ada."

"Selingkuh kali," sambung Jovan dan langsung mendapat tatapan tajam dari Mala.

"Sembarangan lo!" tandas Mala.

Jovan mengangkat bahunya acuh. "Kan gada yang tau."

"Ah males," sahut Mala lalu merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

"Besok lo masih ga sekolah?" tanya Jovan kemudian mencomot camilan yang ada di meja.

"Engga, kepala gue masih pusing. Demamnya juga masih naik turun," jawab Mala seraya memejamkan matanya.

Ting!

Mata Mala langsung terbuka kala mendengar notif yang berasal dari ponselnya. Gadis itu bangkit secara perlahan untuk mengambil ponsel yang ia taruh di atas meja. Tapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan tangan Jovan yang lebih dulu mengambil ponselnya.

"Dari siapa?" tanya Mala.

"Kak Bian," jawab Jovan.

"Apa katanya?" tanyanya lagi dengan mata berbinar.

Jovan menoleh. "Yakin gue bacain?"

"Yakin. Kenapa? Dia bilang apa?" tanya Mala. Ia semakin penasaran, senyuman lebar terbit di wajahnya kala membayangkan pesan khawatir yang dikirim oleh Bian.

"Lo aja deh baca sendiri," jawab Jovan kemudian menyerahkan ponsel yang ada ditangannya ke arah Mala.

Mala menerimanya dengan senyuman yang masih tercetak jelas, membuka layar ponselnya lalu berdecak. "Sialan lo, Jovan! Gue udah senyum selebar itu taunya dari operator!"

Jovan tergelak. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya yang terasa sedikit sakit akibat tertawa. "Lagian lo gampang banget dibegoin. Udah gue bilang, laki lo lagi selingkuh kali." Ia mengusap sedikit air mata nya yang turun.

"Pergi dah lo!" ucap Mala.

Bukannya pergi, Jovan malah ikut merebahkan tubuhnya di sofa yang ia duduki. "Kalau semisal, laki lo selingkuh. Gimana, Mal?"

Mala menatap Jovan, lalu membuang pandangannya ke sembarang arah. "Gue gabisa bayangin. Dan yang gue takutin itu, gue masih nerima dia karena rasa sayang gue yang terlalu besar."

"Sesayang itu lo sama dia?" tanya Jovan dan dibalas anggukan kepala oleh Mala.

"Mungkin terkesan alay. Tapi gue ga pernah ngerasain rasa sayang sedalam ini ke seseorang. Gue selalu bisa batasi rasa sayang gue ke orang biar ga 100% sayang. Tapi itu gagal gue lakuin ke Kak Bian," jawab Mala.

"Kalau ngurangin rasa sayang lo, bisa ga?" tanya Jovan.

"Kenapa? Lo mau ngerasain rasanya disayang gue juga?" Mala balik bertanya dan berhasil membuat Jovan bergidik ngeri.

EphemeralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang