Perempuan berkuncir kuda itu mempercepat langkah menuju ke lantai satu, tentu dengan anak lelakinya yang nampak begitu lemas berada digendongannya. Memang kalau sedang demam begini, Onad selalu manja dan tidak mau melepaskan diri dari Rana. Bahkan saat Rana di kamar mandipun Onad akan ikut. Lelah tentu saja tapi Rana tak pernah mengeluh, indahnya menjadi seorang Ibu ya begini.
Mengingat daya tahan tubuh Onad yang belum begitu kuat membuat balita itu sering diserang demam maupun flu. Tentu membuat Rana semakin waspada bukan? Sebagai Ibu tentu hatinya ikut berdenyut saat melihat sang buah hati lemas tak berdaya. Seandainya Rana bisa tentu dengan senang hati dirinya mentransfer sakit yang Onad alami padanya.
"Kompresan yang ditempel di kepala Onad abis. Jadi Mama buatin aja sendiri. Pake kain terus dicelupin yang air anget, oke Sayang?"
Onad yang tengah melihat Rana mengambil panci itu segera memukul tangan sang Ibu. Membuat Rana mengembalikan panci pada tempatnya lagi.
"Kenapa? Gak mau direbusin air? Inikan buat kompres Onad. Nanti Onadnya Mama yang ganteng biar gak panas lagi." jelas Rana membuat Onad menggeleng dengan mengerucutkan bibir. Yang nampak begitu menggemaskan di mata Rana.
"Oh Onad mau minum obat? Nanti ya Sayang, nungguin Papa. Obatnya Onad abis jadi mama nyuruh Papa biar sekalian beli. Kan Papa mau pulang."
Mungkin karena saking banyaknya beban pikiran yang membebani Rana. Membuat Ibu anak satu itu melupakan tentang stok obat-obatan milik Onad. Padahal biasanya Rana selalu rutin mengisi persediaan obat Onad. Sungguh dirinya begitu menyesali keterlenaannya terlalu memikirkan tentang hatinya sendiri sampai tak sadar membuat Onad sedikit tak terurus.
Plaaakk
Satu tepukan pada tangannya kembali Rana rasakan saat tangan itu terulur untuk mengambil panci.
"Onad gak mau dikompres?" tanya Rana membuat Onad menggeleng.
"Mau dikompres, tapi kok gak boleh Mama mau ngrebus air? Oh atau Onad maunya pake kompres yang ditempel, nanti nunggu Papa ya Sayang?" lagi-lagi Onad hanya menggeleng, membuat Rana kebingungan sendiri.
"Terus maunya gimana? Mama lama-lama nangis loh, kalau kamu apa-apa engga mau."
Sembari mengerucutkan bibir dengan mata yang berkaca-kaca Onad menunjuk ke arah kulkas. Membuat Rana sedikit berpikir. Mungkinkah Onad ingin minum air dingin? Hingga beberapa saat kemudian kedua sudut bibir Rana terangkat. Saat dirasa dirinya tahu keinginan anak laki-lakinya itu.
"Oh Onad mau nyuruh Mama buat ngompres pake air es aja? Biar Mama gak repot-repot nyalain kompor? So sweet banget sih anaknya Mama." ujar Rana membuat Onad menatap Rana dengan sebuah senyuman dan satu kedipan mata genit membuat Rana bersorak. Anaknya ini kenapa manis sekali.
"Duh pinter banget sih anak Mama. Tapi ngompresnya harus pake air hangat, Sayang. Gak boleh pake air dingin. Soalnya inikan keningnya Onad lagi panas terus kalau kena dingin jadi aww kaget gitu. Selain itu uap panas bisa membuka pori-pori jadi nanti panas di badan kamu keluar lewat pori-pori gitu." ujar Rana sembari menggaruk belakang telinganya. Bingung menggunakan kata-kata apa Onadnya mengerti.
"Duh pokoknya begitulah susah Mama jelasinnya. Angep aja kamu ngerti, Oke? Jadi bisa sekarang Onadnya Mama duduk di kursi dulu? Soalnya Mama mau nyalain kompor, kompor itu pa.." tanya Rana yang dijawab dengan gerakan bibir terbuka seolah berkata Pa oleh Onad.
"Kok Papa sih, Sayang. Kan jawabannya bukan Papa, tapi panas."
Walau merasa jika kata-kata Onad benar tentang suaminya yang mirip kompor gas. Namun Rana tak ingin jika Onad mempunyai ajaran yang salah, maka dengan senang hati tentu Rana menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejumput Dendam Rana
HumorTentang Rana yang harus menerima kenyataan pahit. Saat suaminya harus menikah lagi dengan anak dari pendonor ginjal untuknya. Hingga satu tahun berlalu, takdir membawa Rana kembali masuk dalam keluarga mantan suaminya. Bukan sebagai menantu tapi seb...