HALLO SELAMAT MALAM, JUMPA LAGI DENGAN AUTHOR 😘😘
UNTUK SEKARANG PEMANASAN DULU, SEBELUM PART-PART SELANJUTNYA YANG PANAS MEMBARA 🔥🔥~Sejumput Dendam Rana~
Kamu mungkin punya seribu banyak gaya, tapi percayalah aku punya seribu banyak cara mengimbanginya, agar kita bisa keluar bersama.
~Rana~Sejumput Dendam Rana~
Dengan bibir terus mengerucut, Rana menyerahkan botol kecil berwarna hijau pada lelaki yang sibuk membenarkan letak celananya itu.
"Olesin minyak kayu putihnya ke jari terus jarinya nanti tempelin di lubang hidungnya dia, kalau masih belum bangun juga langsung colok aja, Pa! COLOK IDUNGNYA!"
Sebenarnya Rana juga sedikit ngeri melihat jari tangan Daniel yang begitu besar, tidak terbayang bagaimana rasanya jika masuk pada lubang hidung. Tapi mau bagaimana lagi, Rana hanya ingin berjaga-jaga mengingat Karmila itu begitu licik. Jadi tidak menutup kemungkinan Karmila sengaja acting pingsan agar mendapat perhatian Danielkan?
"Lagian Makam harusnya malah seneng bisa dicolok sama Papa. Kan Papa memang ahlinya colok mencolok, buktinya Mera aja suka sampai muntah-muntah, eh."
"Ran, Ran, RANA!"
Rana tersentak, melirik tak suka ke arah Daniel. Hei memangnya Rana itu budek sampai dirinya harus dipanggil dengan nada tinggi begitu.
"Papa kok bentak-bentak Rana!"
"Ya abisnya kamu saya tanya bukan jawab tapi malah bengong kaya kacang polong."
"Sapi ompong!" sengit Rana.
Daniel menghendikkan bahu tak acuh. "Beda dikit, toh sama-sama pake ong."
Sudah tahukan sifat Onad menurun dari siapa? Yah, dari Bapak Moyang Daug. Si lelaki tua penyuka Mera yang paling suka dibelai manja, tak perduli dimanapun tempatnya yang penting silameda terlaksana itu.
Hembusan nafas kasar Rana keluarkan, "Iya udah terserah," pasrahnya.
"Tadi Papa manggil Rana kenapa?"
Daniel menggaruk tengguknya, memamerkan deretan gigi lalu melirik ke arah bagian bawah tubuhnya. Tentu hal membuat Rana sang penguasa cakrawala yang malang melintang di dunia perDaug an langsung paham. Pasti Daniel mengkode minta silameda, tapi haruskan sekarang?
"Jangan sekarang, Pa. Matahari masih meninggi, belum lagi kalau tiba-tiba Onad dateng. Lagian kita masih di depan pintu kamar istri pertama Papa yang lagi pingsan terus kalau tiba-tiba dia bangun, mergokin kita terus nanti..."
Perkataan Rana terhenti kala telunjuk bertatokan huruf A itu berada tepat di depan bibirnya seakan memberi kode Rana untuk menghentikan ocehannya.
Rana meremas ujung gaunnya erat, memejamkan mata kala jemari itu menjauh dari bibirnya, berganti dengan kepala Daniel yang semakin mendekat, bahkan kini hembusan nafas hangat menyapa permukaan wajah Rana dan
"Saya mau ganti celana," bisik suara bariton itu membuat mata Rana segera terbuka.
Sungguh dalam hati Rana merasa sedikit kecewa ah tidak lebih tepatnya merasa malu. Padahal tadinya Rana mengira Daniel akan menciumnya, nyatanya Daniel hanya ingin berbisik. Kalau tau begini Rana tidak perlu memejamkan mata sampai memonyongkan bibir seperti ikan cupang kurang belaian begini. Dasar Daniel itu memang benar-benar menyebalkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejumput Dendam Rana
ComédieTentang Rana yang harus menerima kenyataan pahit. Saat suaminya harus menikah lagi dengan anak dari pendonor ginjal untuknya. Hingga satu tahun berlalu, takdir membawa Rana kembali masuk dalam keluarga mantan suaminya. Bukan sebagai menantu tapi seb...