Part 35

95.6K 11.1K 2K
                                    

DANIEL MAHESWARA SEMPAKNYA BAU
SEBELUM SILAMEDA HARUS DIEMUT
SELAMAT MEMBACA DUHAI KAMU
FOLOWERS DAUGMERA KARYA AUTHOR IMUT

~Sejumput Dendam Rana~

Terimakasih telah memilihku meski kau tahu aku tak sempurna, tapi tenang saja akan aku pastikan jepitanku membuatmu gila 
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~


Daniel tersenyum menatap Rana yang kini berbaring terlentang di atas kasur mengenakan kimono dengan mata tertutup.

"Sayang..."

Melihat tak ada respon Daniel langsung mendekat, naik ke atas kasur dan menyibakkan kimono yang Rana kenakan dengan penuh kehati-hatian.

"Maaf Sayang, saya sudah tidak tahan lagi." lirih Daniel sebelum mengarahkan miliknya dan

"Ahh..." 

"P-pa..."

"Tahan Sayang," bisik Daniel.

Rana menggeleng, menatap sayu ke arah Daniel "Rana ng-ngga bi aaahhh...."

"Periihhh..."

"Rileks, Sayang! Ini hanya sebentar setelah ini saya pastikan kamu ngerasain enaknya."

Rana terdiam, memejamkan mata, meremas rambut Daniel kuat saat dirasa tubuhnya seperti ditekan begitu kuat. Kulit telanjangnya yang tersapu jari kekar yang melingkari tubuhnya membuat tubuh Rana meremang, antara sakit, perih dan rasa yang tidak tergambarkan melebur menjadi satu.

"Semakin besar, Sayang." kekeh Daniel.

"Uu-uudd- uudaah.. Am-ampun Pa."

Rana menggeleng kuat, merasakan tubuhnya dirasa akan menggelinjang akibat sentuhan nakal Daniel. Tak tinggal diam Rana membawa tangannya kebawah, menyelinap pada benda favoritnya dan

"SAAAKKKIIIITTTT!" jerit Daniel sebelum bangkit dan menutupi bagian bawah tubuhnya dengan tangan.

"Kamu gila ya, Ran! Mau jadi janda lagi kamu!"

Rana melototot menatap tidak suka ke arah Daniel. Sembarangan! Baru juga jadi janda masa harus menjadi janda lagi.

"Kok Papa ngomong gitu!"

"Ya emang saya harus ngerespon apa? Berterimakasih karena kamu berhasil membuat saya merasa seperti kehilangan nyawa?"

"Lebay! Papa pikir Rana ini pembunuh bayaran apa, lagian juga cuma gitu doang."

"Gitu doang? Ya Tuhan, Rana! Rasanya kejepit sama celana dalem aja udah sakit, lah ini kamu malah seenaknya nyabut satu lembar kumis gondrong kebanggaannya Daug!"

Demi Tuhan, Rana tidak sengaja. Itu hanya gerakan refleknya karena merasa terancam akibat perbuatan Daniel.

Rana meringis, membuka telapak tangannya di hadapan Daniel. "Bukan satu, ini tiga, Pa. Maaf."

"Ranaaaa!"

Mendengar nada Daniel yang memanggilnya  dengan nada sedikit meninggi. Rana malah memberikan tatapan sengit pada Daniel, enak saja dirinya disalahkan. Tidak bisa! Dalam kasus ini Daniellah yang bersalah, seenaknya saja mengoleskan salep pada bentol-bentol di tubuh Rana. Padahal Rana sudah mengatakan kalau dirinya tidak mau, memang Daniel selalu begitu sukanya memaksa terus! Menyebalkan untung saja goyangannya mantap jadi bisa sedikit termaafkan.

"Loh, Papa nggak bisa nyalahin Rana gitu aja dong. Ini salah Papa sendiri yang ngolesin salep pas Rana tidur. Ranakan udah bilang nggak mau, tapi tetep aja Papa paksa! Pake salep itu rasanya perih, lebih perih dari kemarin pas goa slimenya Rana ini kebuka terus, perkara Papa yang mau mengenali Rana secara luar dalam. Sejam ngangkang kena tiup Ac untung enggak melembung ini perut diisi pake angin!"

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang