Part 20

113K 13.1K 2.6K
                                        

Selalu saja begitu, hanya sibuk mengeluh dan mengeluh!
Sampai-sampai melupakan jika ketetapan Tuhan itu yang terbaik, terlalu banyak meminta sampai lupa menjadikan rasa syukur sebagai tolak ukur.
Ibarat meminta indah aurora tanpa ingin disergap kelam, lalu seenaknya malah menyalahkan Tuhan karena harapan tak selaras dengan kenyataan! 
Bangun! Sudah cukup waktumu menjadi manusia "sakit"

~Author

~Sejumput Dendam Rana~

Perempuan dengan gaun berwarna merah muda itu menghapus kasar air mata yang mengalir pada sudut matanya, lubuk hatinya terasa begitu nyeri mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. Dimana dirinya dan suami mendapat tatapan penuh ejekan serta bisik-bisik cemoohan dari para tamu undangan. Bahkan rasanya tawa penuh ejekan yang mereka layangkan itu masih menari-nari dalam benak Nirmala. Orang-orang itu seolah menatap Damar dan Nirmala seperti sepasang badut yang patut dijadikan lelucon.

Semuanya ini bermula dari paper bag yang Nirmala temukan di depan kamarnya kemarin, awalnya Nirmala mengira jika itu merupakan pemberian dari Ayah mertuanya yang kaya raya itu. Namun sayang seribu sayang tebakan Nirmala salah. Paper bag berisi gaun beserta setelan jas berdasi kupu-kupu itu jebakan yang memang sudah disiapkan untuk mempermalukan Nirmala dan Damar. 

Nirmala yakin ini pasti perbuatan Rana, memangnya siapa lagi yang mau berbuat jahat pada manusia berhati mulia seperti Nirmala kalau bukan Rana si manusia jahat, perempuan yang hanya bisa melahirkan anak cacat itu pasti sedang membalaskan sakit hatinya. Bayangkan saja bahkan sebelum sakit hatinya mereda akibat mendapat talak. Rana harus dihantam kenyataan lagi dengan melihat terhelatnya pesta mewah untuk merayakan kehamilan Nirmala yang notabennya adalah rivalnya dalam mendapatkan hati Damar, tentu keadaan menyakitkan ini tentu membuat jiwa Rana terguncang bukan?

Sehingga Rana dengan tega menyusun rencana keji untuk mempermalukan Nirmala dengan memberi gaun berwarna putih yang berpola dan berwarna sama seperti taplak meja. Padahal seingat Nirmala kemarin yang terpasang disana bukan seperti itu, tapi entah mengapa pagi ini semua berubah. Tapi yang terparah bukan itu, lebih memprihatinkan Damar yang menggunakan setelan jas lengkap dengan dasi kupu-kupu yang sama persis dengan seragam para pelayan. Sialan! Rana benar-benar sialan!

Kedua tangan Nirmala terkepal, menatap tajam ke arah siluet dirinya dari cermin. "Silahkan tertawa dulu, Rana. Nikmati saja senyuman penuh kemenangan itu, sebelum video berisi adegan binalmu terpampang di pestaku nanti. Aku yakin setelah itu jangankan tersenyum, bahkan untuk bernafas saja aku patikan kamu tidak akan sanggup." janji Nirmala disertai kekehan sinis.

Silahkan saja Rana tertawa bahagia, sebelum tangis penyesalan karena berani melawan seorang Nirmala terjadi. Dan setelah itu Nirmala pastikan jika nanti dirinyalah yang akan tertawa paling kencang saat Rana menangis nanti. Percayalah, Tuhan tidak akan pernah membiarkan yang jahat menang. Jikapun mereka menang pasti itu hanya awal, awal dari kehancurannya!

"Cantik banget mantu Mama." puji perempuan paruh baya yang baru memasuki kamar milik anak dan menantunya itu membuat kedua pipi Nirmala tersipu.

"Mama juga cantik," 

Karmila terkekeh, lalu mengusap lembut surai hitam milik Nirmala. "Bisa aja sih mantu kesayangan Mama ini mujinya. Ayo turun Sayang, kita gabung sama Damar buat sapa-sapa tamu." 

Nirmala mengangguk lalu menerima uluran tangan dari Ibu mertuanya. Ah, Nirmala begitu beruntung mempunyai suami sesempurna Damar dan Ibu mertua sebaik Karmila, belum lagi Ayah mertuanya yang begitu kaya raya itu sebuah paket komplit bukan?

Sungguh rasanya hidup Nirmala indah seperti negeri dongeng, sayangnya kebahagiaannya sedikit terhambat karena adanya Rana, si tokoh jahat yang berusaha mengambil tahta Nirmala sebagai Ratu. Tapi tak apa toh Tuhan tidak akan pernah salah menempatkan jalan cerita untuk tokoh-tokohnya. Ratu akan tetap jadi Ratu, sedangkan manusia jahat akan berjumpa dengan deritanya. Karena karma tidak akan pernah salah sasaran.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang