Part 33

103K 11.6K 3.5K
                                    

HARI INI TEPAT BULAN KE TUJUH AKU BERGABUNG DI WATTPAD, TERIMAKASIH UNTUK KALIAN. LAFYU GUYS ❤️❤️
MAAF YA UPNYA AKU CEPETIN SETENGAH JAM DARI JANJI AKU DI TIKTOK. SELAMAT MEMBACA 🙏

~Sejumput Dendam Rana~

Selain menyukai kekayaan, aku juga menyukai pertengkaran kita di ranjang
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

Nirmala memijit pelipisnya pelan, sungguh kepalanya rasanya ingin pecah mendengar nyanyian berlirik sumbang dari wanita menyebalkan di sebelahnya. Demi Tuhan, Nirmala berjanji tidak akan mau lagi jika harus pergi berdua dengan Rana. Si jahat yang sedari tadi selalu saja menyindir, mengata-ngatai dan menertawakannya itu.

"Burung puyuh, burung ketut dimakan biawak..."

"Ijah lusuh, Ijah kriput.. kadang-kadang mirip biawak..."

Dengarkanlah, Rana dengan seenak jidat merubah lirik sebuah lagu hanya demi menyindir dirinya. Sungguh jika bukan karena mandat sang Ayah mertua tentu Nirmala lebih memilih untuk berangkat sendiri saja, dari pada terjebak dalam sangkar bersama si nenek sihir, Rana. Padahal tadi awalnya setelah Nirmala membeberkan masalah yang mendera Damar, Nirmala berpikir jika Daniellah yang akan mengambil alih dan pergi bersama Nirmala berdua untuk menjamin Damar agar segera dibebaskan.

Nyatanya itu hanya bisa menjadi angan, lantaran keegoisan manusia jahat bernama Rana. Yang malah mengajukan diri menjadi pendamping Nirmala. Alibinya sih untuk memberi ruang Daniel dan Karmila berbincang dua, sekaligus menjaga Onad dan Lean di rumah. Ah, Nirmala tahu pasti itu hanya alasan klasik yang sengaja Rana ciptakan. Yang sebenarnya terjadi adalah Rana takut kalau Daniel tertarik dan bertekuk lutut dengan kecantikan paripurna milik Nirmala. Kan tidak lucu jika Rana kembali menjanda akibat orang yang sama.

"Sesungguhnya kecantikan itu bukan hanya tentang fisik, tapi juga dari dalam. Aura positif dalam diri yang memancar akibat kebaikan hati, sesuatu yang tidak dimiliki manusia jahat seperti Rana. Salah sendiri jadi manusia tinggi hati, sombong! Isinya hanya kedengkian terhadap orang lain. Dasar Rana!"  lirih Nirmala dalam hati.

Plakkkk

"Aduh sakit!" sungut Nirmala setelah satu tepukan begitu panas hinggap pada lengannya, bukan meminta maaf si pelaku malah cuek seakan tak terjadi apapun. Lihatlah, terbuktikan jika Rana itu memang manusia yang benar-benar jahat!

"Santai dong, Jah. Baru juga kena tabok dikit gitu udah ngeluh, padahal ini tuh belum seberapa kalau dibanding sama siksaan para pezina di akhirat nanti!"

Tuhkan Nirmala kena lagi. Tapi dari pada meladeni, Nirmala lebih memilih menarik kembali ucapan yang akan terlontar dari bibirnya. Menikmati pemandangan jalan raya dalam diam sepertinya lebih baik, dari pada meladeni Rana dan berakhir dengan ratu roasting itu semakin nyinyir. 

Jadilah sekarang keadaan mobil menjadi hening, keduanya sama-sama terdiam. Hingga nyanyian berlirik sumbang kembali mengalun.

"Kuambil bulu sebatang..."

"Tersenggol bangun yang panjang..."

"Kusaut dan kugoyang pelan-pelan..."

"Kujadikan ayang senang.."

"Bermain.. Bermain... Bermain.. Sama Ayang..."

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang