Part 6

110K 12.2K 3.6K
                                    

"Mas pokoknya aku gak mau keluar dari rumah ini." rengek Nirmala membuat Damar mengangguk.

Damar juga tidak mau keluar dari rumah yang selama ini menaunginya. Lagipula Damar sudah tidak punya tempat tinggal selain rumah ini. Dirinya juga terlalu gengsi jika harus pergi dan mengakui Rana lebih unggul darinya. Bukankah derajat suami lebih tinggi daripada istri? 

"Sabar, Sayang. Rana itu tipenya meledak-ledak. Setelah itu juga selesai kok. Lagian dia itu cinta banget sama Mas. Cuma dirayu gitu aja juga udah luluh." ujar Damar menenangkan seraya menarik Nirmala duduk di pangkuannya. 

Sedangkan Nirmala yang mendapat serangan mendadak itu hanya bisa menurut lalu mengalungkan kedua tangannya pada leher suami tercintanya. Damar, laki-laki pertama yang bisa membawa Nirmala terbang melayang di atas awan. Bahkan Nirmala tak peduli tentang status Damar yang telah beristri dan beranak satu. 

Cinta Nirmala pada Damar itu suci begitu pula sebaliknya. Jadi tidak ada salahnya menyatukan fitrah cinta bukan? Toh laki-laki diperbolehkan mempunyai lebih dari satu istri. Rana saja yang lebay padahal dalam agama diperbolehkan. Memang Rana itu perempuan bodoh, soal agama saja dirinya nol. Padahal Nirmala juga tidak egois dengan menyuruh Damar menceraikan Rana. Dirinya bahkan dengan sukarela menerima Damar beserta istri dan anaknya. Memang dasarnya Rana saja yang tidak tahu terimaksih.

"Tapi nanti kalau Rana gak luluh gimana? Pokoknya aku gak mau ya Mas kalau kita keluar dari rumah ini, kecuali kalau kamu punya rumah yang lebih besar dari rumah ini." Nirmala mengerucutkan bibir seraya bermain dengan kancing baju milik Damar, membuat laki-laki itu semakin gemas dengan istri keduanya.

"Udah deh kamu percaya aja. Lagian hidup bertahun-tahun sama dia membuat Mas hafal sama dia. Malu-malu tapi mau." 

"Aku percaya sama Mas. Oke buat kali ini Mas boleh ngerayu dia, tapi aku gak mau tau ya pokoknya Mas gak boleh sampai tidur sama dia. Janji ya?"

"Cemburu ya?" goda Damar membuat Nirmala mendelik lalu memukuli dada bidang Damar dengan manja.

"Ih Mas disuruh janji kok malah gitu sih. Jangan-jangan Mas masih cinta ya sama dia?"

Mendengat itu Damar hanya terbahak lalu segera membawa perempuan yang terduduk di pangkuannya kedalam pelukan. Mengelus punggung seakan menenangkan dan tak lupa beberapa ciuman didaratkan pada puncuk kepala si cinta keduanya.

"Gemesin banget sih istrinya Damar. Gini ya Nur Ijah Surkiani."

"Nirmala Mas Nirmala jangan manggil aku gitu dong ih." keluh Nirmala saat Damar menyebutkan nama asilnya.

"Maksudnya Mas tadi itu manggil Nirmala, Sayang. Lagian gak ada salahnya sama nama kok. Yang penting orangnya, udah cantik seksi lagi." bisik Damar seraya meremas bongkahan pantat milik istrinya.

"Ih Mas genit." 

"Ngatain orang lain genit. Tapi kamunya sendiri malah sengaja gesek-gesekin. Mau mancing Mas ya? Emang kamu itu paling mengerti Mas, Sayang. Beda sama Rana alasan Onad inilah Onad itulah. Ada aja alasennya."

"Ih kok Mas gitu. Seakan-akan kalau aku cuma pemuas nafsu Mas aja." protes Nirmala membuat Damar gelagapan sendiri 

"Kamu ngomong apa sih, Sayang? Hati aku, diri aku semuanya udah terikat sama kamu. Apalagi sebentar lagi kita bakalan punya anak. Masa sih kamu masih raguin Mas sih?" lirih Damar dengan suara serak sembari mengendus-endus telinga milik Nirmala.

"Kamu tahukan alasan aku mertahanin Rana cuma buat manfaatin dia biar bantuin majuin perusahaannya Mas. Kalau masalah cintanya Mas ya buat kamu dong, Sayang. Lagian setelah Rana lahiran anak cacat itu waktunya jadi banyak tersedot sama anak itu. Mas gak suka terabaikan. Mas sukanya sama kamu, karena kalau sama kamu Mas selalu menjadi yang utama."

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang