AKU NGUCAPIN TERIMAKASIH UNTUK KALIAN YANG MASIH SETIA MENUNGGU CERITA INI, DAN AKU MINTA MAAF UNTUK YANG KURANG BERKENAN DENGAN ALUR CERITA INI. MAAF KALAU TIDAK SEPERTI APA YANG KALIAN HARAPKAN :)
NOTED : PART INI SEDIKIT MENGANDUNG UNSUR 18+, MOHON SKIP JIKA KAMU MERASA MASIH DI BAWAH UMUR!
~Sejumput Dendam Rana~
Tolong jangan terlalu keras mengetuk
Pintu hatiku yang mulai lapuk, aku takut jika remuk
Lalu kamu tidak tertarik lagi untuk masuk
Padahal aku sudah menyediakan ruang
Untuk kamu memarkirkan rasa
Lalu menyemaikan nama kita menjadi untaian kata bermakna, perjanjian tentang jatuh cinta
~Rana~Sejumput Dendam Rana~
Rana menghela nafas panjang, sesuai dugaannya jika lelaki mungil yang menyandang status sebagai anak tertampan satu bumi pasti akan rewel pada saat begini. Berada di ruangan tertutup dengan dikelilingi banyak orang pasti akan membuat Onad merasa risih.
"Mbak, bentar saya mau ke anak saya dulu," pamit Rana membuat perempuan yang bersiap mengoleskan lipstik itu mengangguk.
Demi Tuhan Rana menyesali keputusannya sendiri untuk menggunakan baju India menyebalkan begini sudah berat, bergerak susah, suara krimpying-krimpying berisik sekali. Tau begini lebih baik Rana menggunakan riasan dan pakaian simple seperti saat akad nikahnya tadi.
Tapi tak apa demi emas murni yang diberikan oleh Ayang Danielnya penyesalan Rana tidak berat-berat sekali mungkin hanya lima persen saja, sisanya rasa kesalnya Rana alihkan pada hitungan pundi-pundi rupiah yang akan Rana terima saat menjual perhiasan yang melekat pada tubuhnya nanti.
Matre? Wajar, perempuan harus tahu hukum untung rugi. Dunia terus berputar, waktu terus berlalu, mengandalkan perasaan hanya akan membuatmu tenang tapi tidak membuat perutmu kenyang! Menggunakan perasaan memang perlu, tapi jangan sampai perasaan membuat logikamu mati. Jadi seimbangkan keduanya agar jalanmu tidak miring, berat sebelah!
"Sayangnya Mama." panggil Rana membuat lelaki kecil yang sesegukan itu menutupi sebagian wajahnya dengan tangannya yang mungil.
Rana terkekeh lalu berlutut, mengusap puncuk kepala lelaki kecil dalam stroler berlogo F itu membiarkan sejenak Onad melampiaskan perasaannya dengan tangis.
"Onadnya Mama, gantengnya jangan ditutupin dong Mama mau lihat,"
Bukannya berhenti tangis Onad makin pecah, membuat suasana ruang khusus make up itu makin riuh. Rana menghela nafas kemudian mengedarkan pandangan, memberi kode agar semua yang berada di ruangan ini kembali pada aktifitasnya masing-masing dan tak memfokuskan pandangan pada Onad.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejumput Dendam Rana
HumorTentang Rana yang harus menerima kenyataan pahit. Saat suaminya harus menikah lagi dengan anak dari pendonor ginjal untuknya. Hingga satu tahun berlalu, takdir membawa Rana kembali masuk dalam keluarga mantan suaminya. Bukan sebagai menantu tapi seb...