Part 24

108K 12.4K 2.9K
                                    

HALLO I'M BACK, PADA KANGEN GAK SIH SAMA CERITA INI? AKU MINTA MAAF YA LAMA UP SOALNYA AKU KEMARIN-KEMARIN KURANG ENAK BADAN. OH YA AKU JUGA MAU INFOIN JADI AKUN TIKTOK AKU CUMA SATU @ArinFerdia SELAIN ITU BRATI BUKAN AKU YA. SELAMAT BEROVERTHINKING EH SELAMAT MEMBACA MAKSUDNYA🙄🙄

~Sejumput Dendam Rana~

Berpendar sang waktu sengaja kuciptakan jeda agar rindu mengakusisi
Nyatanya hayalku semu
Jedaku ciptakan sekat nan mencekik, sekarang izinkan aku beranjak dari pahitnya beriringan namun tak sejalan
Terimakasih atas kepergianmu yang seakan mengomandoku,  jika sekaranglah saatnya aku berkata I Love you pada bapakmu
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

Perempuan berperut buncit itu terisak lirih di samping suaminya yang masih nampak begitu lemas dengan wajah putih pucat. Sungguh sebenarnya bukan hanya suaminya yang merasa kaget, syok bahkan nyaris saja nyawanya ikut terangkat bersamaan dengan kabar duka terusirnya mereka dari istana. Dirinyapun sama dunianya seakan runtuh, saat mengetahui jika rumah yang baru saja diakusisinya bahkan belum genap sehari sudah berganti pemilik.

Namun sebagai istri dirinya amat sangat sadar jika menuruti hancurnya hati untuk sekarang tidaklah begitu penting, yang terpenting adalah menjadi penompang hati suaminya yang kini hancur lebur. Bukankah sebagai istri wajib mendukung suaminya dalam keadaan suka dan duka?

"Nir, rumahnya.." lirih Damar membuat Nirmala menggelengkan kepala.

"Ikhlasin Mas, mungkin ini cobaan untuk kita. Bukankah semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang berhembus? Tuhan gak akan pernah salah menempatkan cobaan untuk para hambaNya." 

Damar menoleh menatap ke arah Nirmala dengan mata berkaca-kaca, sungguh betapa beruntungnya Damar mempunyai istri sebijak Nirmala. Lihatlah bahkan Nirmala dengan tangan terbuka menerima Damar walau Damar tidak memiliki tempat tinggal lagi.

"Mas beruntung punya kamu, Nir."

"Jangan banyak ngomong, Mas. Kamu masih lemes, mending kamu istirahat biar aku yang beres-beres nanti abis ini kita pulang." 

"Pulang?" beo Damar membuat Nirmala mengangguk dan mengusap rambut lelaki yang kini mulai memejamkan matanya kembali itu.

"Iya, kita bakalan pulang ke rumah Papa." gumam Nirmala begitu pelan nyaris seperti bisikan.

Bukankah rumah Papa juga merupakan rumah Damar juga? Jadi tidak ada salahnyakan kalau Damar pulang dan menempati rumah lamanya kembali? Lagi pula Nimala yakin jika rumah sang mertua pasti berkali-kali lebih mewah dari rumah ini.

Tuhan memang tidak pernah tidur, Tuhan selalu memberi jalan untuk hamba-hambaNya yang bahkan tak disangka-sangka. Lihat saja Nirmala bahkan telah kehilangan rumahnya bersama Damar akibat perbuatan zolim Rana yang tega menjual rumah milik orang lain. Tapi untung saja hati Nirmala seluas samudra jadi Nirmala mengikhlaskan hasil penjualan untuk Rana semua, biarkan saja Rana memakan uang haram biar dia merasakan sakit tak berkesudahan karena menikmati sesuatu yang bukan haknya!

Dan lihatlah sekarang Tuhan dengan begitu baik memberikan limpahan rizkinya langsung untuk mengganti yaitu kesempatan tinggal di rumah milik Ayah mertuanya. Nirmala jelas tidak menolak bukan? Toh tidak ada salahnya memanfaatkan apa yang ada. 

"Pasti Rana nangis darah ntar ngeliat aku bisa tinggal di rumah Papa, rumah yang jauh lebih bagus dan besar dari rumah ini. Langsung kena mental, boss!" gumam Nirmala disertai kekehan.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang