Part 28

111K 13.3K 4.2K
                                    

HALLO GUYS APA KABAR, KANGEN NGGAK SAMA CERITA INI? TANPA BASA BASI YUK CUS LANGSUNG BACA, JANGAN LUPA ISTIGFAR YE! AILAPYU

~Sejumput Dendam Rana~

Teruslah bertahan ketika kamu diratukan dan tinggalkan jika kamu diduakan. Tapi jangan buru-buru pergi, lihat dulu siapa tahu bapaknya bisa kau nikahi
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~


Perempuan paruh baya itu tersenyum begitu cerah, hatinya berbunga menatap ke arah Aleandro Alucas Maheswara, cucunya yang semakin hari semakin menggemaskan itu. Lihatlah walau belum genap berusia tujuh bulan, balita mungil itu menunjukkan perkembangan yang luar biasa. Tidak seperti keadaan cucu ah lebih tepatnya mantan cucunya yang dulu, si cacat anak perempuan gila yang katanya mengalami keterlambatan tumbuh kembang.

"Padahal aslinya bukan lambat, emang bocah itu cacat! Ibunya aja yang enggak bisa terima kenyataan, pake segala alibi istimewa katanya. Istimewa kok cacat!" gumam Karmila pelan sebelum kembali fokus pada lelaki kecil di hadapannya.

"Lean duduk dulu yuk, Sayang. GrandMa mau videoin Lean," suruh Karmila yang hanya dihadiahi angin lalu, sepertinya lelaki kecil yang dipanggil Lean itu terlalu fokus pada mainan bola-bola yang berputar di atasnya.

Tak tinggal diam dengan begitu cekatan Karmila memiringkan Lean lalu memposisikan Lean duduk, Karmila tidak memaksa toh Lean sudah bisa melakukannya sendiri sebenarnya. Hanya saja Lean jarang duduk, Lean lebih suka berbaring. Jadi tidak ada salahnya jika Karmila membantu Lean bukan? Toh ini hanya sebentar saja untuk ajang mengabadikan momentum perkembangan Lean sekaligus bahan untuk memanas-manasi Rana.

Memang sejak kelahiran Lean, sudah menjadi rutinitas sendiri bagi Nirmala maupun Karmila untuk mengirimi Rana pesan bersisi foto atau video perkembangan Lean. Alasannya? Tentu untuk pamer agar Rana mentalnya down, biar Rana si janda beranak cacat itu segera bertobat dan tidak akan menjadi manusia sombong dan tinggi hati lagi!

Tidak, Karmila maupun Nirmala bukannya belum merelakan kepergian Rana. Jelas mereka sudah merelakan. Karmila dan Nirmala melakukan ini semua juga untuk berjaga-jaga.

Karena meski sudah hampir satu tahun terusir tapi tidak menutup kemungkinan Rana masih berusaha mengejar Damar lagi bukan? Maka dari itu Nirmala dan Karmila sengaja menjatuhkan mental Rana agar perempuan itu sibuk meratapi nasibnya yang mengenaskan dan tidak kepikiran untuk berbuat macam-macam lagi! Atau lebih bagus lagi jika Rana jadi janda gila sekalian. Mampus! Salah sendiri jadi manusia tidak tahu diri!

"Ayo foto dulu ganteng, senyum ya!" seru Karmila yang hanya dianggap angin lalu oleh Lean. 

Tapi tak apa, Karmila tetap mengambil potret Lean meski tidak ada senyuman yang terlukis dari bibir merah muda Lean. Lean memang begitu, agak dingin jarang sekali tersenyum persis seperti GrandPanya, Daniel.

"Lean pinter banget, enggak nangis. Bisa balik badan sendiri," puji Karmila setelah mendapati Lean yang kini kembali terlentang seperti posisi sebelumnya tepat setelah jepretan ketiga yang Karmila lakukan.

Lihatlah Lean memang balita yang manis, tak pernah menangis, dan jarang sekali rewel. Apalagi kalau sudah fokus menatap ke arah mainan bola-bola, baling-baling atau apapun yang berputar dengan pola seirama. Lean adalah bayi ajaib bukan?

Tapi entah mengapa walau Lean seistimewa itu, namun tetap belum bisa mencuri hati GrandPanya sendiri, jangankan mengajak bermain bahkan sekedar menyentuh tubuh Lean pun tak pernah Daniel lakukan.

Daniel seakan menjaga jarak dengan Lean, paling hanya mengamati dari jauh itupun dengan tatapan mata yang begitu tajam. Ah, mengingat Daniel, Karmila jadi terbayang percakapannya dan Daniel minggu lalu.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang