Part 57

31.6K 3.6K 633
                                    

HALLO AUTHOR KEMBALI UNTUK MENEMANI MALAM MINGGU KALIAN ❤️
GIMANA PADA KANGEN GAK SIH SAMA CERITA INI? TERIMAKASIH YANG SUDAH MENUNGGU CERITA INI, JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN BIAR AUTHOR KALIAN YANG CHANTEK DAN BAIK INI RAJIN UPNYA.

~Sejumput Dendam Rana~

Jangan sekali-kali menyepelekan seseorang yang pendiam, karena sekalinya dia kesurupan kamu pasti ketakutan.
~Author

~Sejumput Dendam Rana~

"Apapun yang terjadi, Onad harus selalu percaya kalau Mama sayang Onad, Mama cinta sama Onad." lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Mama mencintai Onad, sangat-sangat mencintai Onad! Jauh sebelum Onad lahir, meski waktu itu Onad masih dalam bentuk upil berlendir dalam perut Mama, Mama sudah jatuh cinta sama Onad. Jadi Onad jangan pernah meragukan Mama ya?" Rana menelan ludah, berusaha menghalau tenggorokannya yang semakin terasa tercekat. "Tapi untuk kali ini, maafkan Mama. Mama harus pergi dan Onad tidak bisa ikut."

"Ma... Mama..."

Onad mengeratkan pelukannya pada kaki Rana. "Mama jangan pelgi! Nad ikut Mama! Nad ikut Mama!"

"Maafin Mama, Nad! Maafin Mama," Tak hentinya Rana memohon, berharap otak kecil balita di hadapannya itu mengerti. "Mama harus pergi, Nad nggak bisa ikut Mama."

Jujur hati Rana pun merepih, tak sampai rasanya melepas lelaki kecil yang pernah bersemayam selama sembilan bulan dalam rahimnya itu. Tapi apa mau dikata, Tuhan dengan suratanNya sudah menetapkan jika dalam setiap pertemuan pasti ada perpisahan sebagai harga penebusan.

"Onad ikut Papa, ya?"

Onad menggeleng, kedua netranya berkaca-kaca, "Nad ikut Mama,"

Rana mengelus pelan kepala Onad, "Mama janji akan menyelesaikan urusan Mama secepatnya, dan setelah Mama selesai dengan urusan Mama. Mama akan langsung kembali, ke sini di samping Onad."

"Mama jangan pelgi!"

"Mama hanya sebentar, Sayang. Mama nggak akan lama, Onad di sini aja ya Sayang." Rana melepas pegangan Onad pada kakinya, "Onad di sini ya sama Papa,"

Onad berusaha kembali menggapai kaki Rana, namun sebelum itu sepasang tangan kekar sudah menahannya, membawa tubuh kecil Onad dalam dekapannya. "Onad di sini aja, sama Papa." bisiknya.

"Onad jangan nakal, nurut kata Papa. Mama nggak akan lama, secepatnya Mama akan kembali."

Rana menghapus air mata yang mengalir dari kedua mata Onad, sejenak dikecupnya kening bocah lelaki yang hampir menginjak usia empat tahun itu dengan hikmat, "Mama pamit, Sayang." Katanya lirih sebelum punggung berselimut sweater milik suaminya itu benar-benar menghilang di balik pintu.

"Mama pelgi ndak ngajak Nad,"

Daniel menyentil pelan kening Onad, sebelum mengusapnya lembut. "Drama banget sih kamu, Nak. Cuma dipamitin Mama buat ke toilet aja, beratnya udah kayak ditinggal Mama perang melawan penjajah." Kekehnya lirih.

"Justlu kalena Mama ke tolilet Nad mau ikut Papa. Nad mau jadi lelawan cebok untuk Mama."

Relawan cebok

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang