Part 32

98.7K 12.9K 3.3K
                                    

HAPPY 1M GUYS, TERIMAKASIH UNTUK KALIAN. READERS KALIAN BIASA DI LUAR!
IKAN CUCUT, BURUNGNYA GRANDPA
DISINI KITA CUT, ADEGAN DAUGNYA

~Sejumput Dendam Rana~

Biarlah yang kamu tahu hanya tentang keperkasaanku, tentang sakit pinggang biar aku saja
~Daniel

~Sejumput Dendam Rana~

Nirmala mengepalkan kedua tangannya, melihat Rana berdiri di hadapannya rasanya sungguh dirinya ingin meledak. Untuk apa perempuan sialan yang sudah terbuang itu kembali hadir di sini? Ah, Nirmala tahu pasti semua karena Rana ingin kembali masuk ke rumah ini, memang mau apalagi? Sudah jelas jika Rana telah menjadi gelandangan sepertinya.

Nirmala yakin sekali pasti Rana ingin mengambil kembali posisinya sebagai ratu di hati Damar, pakai segala memanfaatkan kepolosan Ayah mertuanya. Miris sekali! Walau Nirmala tahu jika Daniel itu sangat baik terlebih-lebih pada Onad, si anak cacat itu. Tapi Nirmala tak menyangka jika Rana akan memanfaatkan itu sebagai batu loncatan. Sial! Nirmala kecolongan tentang ini.

Tapi tidak, Nirmala tidak akan membiarkan Rana untuk mengobrak-abrik kembali rumah tangganya yang adem ayem. Salah sendiri dulu Rana memilih pergi. Padahal jika dulu Rana memilih bertahan pun Nirmala tidak akan mengusik bukan? Secarakan Nirmala itu wanita yang baik budi dan pekertinya, berbeda dengan Rana yang begitu jahat dan kejam tidak berperikemanusiaan itu.

"Jadi ini tamu kita, Mas?" cibir Karmila memecah keheningan diantara keempatnya.

"Mila pikir akan ada orang yang penting, eh ternyata malah kehadiran sampah terbuang yang berharap dipungut kembali. Menjijikan!"

Mendengar itu sebenarnya Rana ingin menimpali, tapi begitu merasakan tangannya diremas begitu kencang oleh Daniel Rana mengurungkan niatnya. Apalagi melihat jika urat-urat di sekitar tangan dan leher Daniel menonjol, sepertinya Daniel sedang menahan emosinya, jadi Rana memilih diam saja. Mencari mati namanya jika masih membantah Daniel yang tersulut emosi.

Daniel mode normal saja sudah ganas apalagi mode marah, mungkin bisa mengakibatkan tanah ambles! Mengerikan memang Bapak moyang Daug itu.

"Dan kamu bisa-bisanya memungut sampah yang harusnya tertiup angin lalu terinjak di jalanan untuk dibawa pulang, Mas. Kehadiran dia dan anak cacatnya hanya akan mengotori mengotori rumah kita saja, bener nggak Nir?"

Nirmala mengangguk menyetujui, lalu  menatap sengit ke arah Rana. "Menggunakan Papa sebagai pemungut untuk membawamu kembali ke rumah ini, Rana? Ah aku tahu kamu pasti sudah lelah menjadi gelandangan di luar sanakan? Lalu kamu mulai merindukan hidup nyaman di sini, hingga akhirnya kamu sengaja menjual kisah sedihmu agar Papa mengasihani dan memungutmu kembali? Menjijikan! Cara kotormu itu sangat menjijikan!"

"Kemana perginya seorang Rana yang menjunjung tinggi harga dirinya itu? Heh!" ejek Nirmala, sembari menunjuk tepat ke arah wajah Rana.

"Tidak ingatkah kamu bagaimana kamu bertingkah seolah menjadi manusia paling tersaikiti hanya karena suamimu pulang membawa madu? Padahal wanita itu tidak pernah berniat sedikitpun merusak rumah tanggamu! Wanita itu hanya hadir sebagai pelengkap! Tapi dengan tega kamu memutar balikkan fakta seolah kehadirannya sebagai badai dalam rumah tanggamu."

"Dan sekarang kamu malah berniat masuk kembali dalam rumah tangga yang sempat kamu tinggalkan itu, Rana! Kamu berniat mengobrak-abrik rumah tanggaku dan Mas Damar yang sempurna tanpa cela. Tidakkah otak dangkalmu itu sedikit mengingat tentang kamu yang memberiku julukan sebagai perusak, tapi lihat sekarang semuanya terbalik! Malah kamu yang berniat menjadi perusak. Jahat! Rencanamu sangat keji! Mengorbankan kebahagiaan wanita lain, hanya karena kamu tidak mau hidup menderita di luar sana." maki Nirmala dengan tangan terkepal dan nafas memburu.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang