Part 47

58.5K 7.1K 1.1K
                                    

CIE KAGET AUTHOR DOBLE UP 😝

~Sejumput Dendam Rana~

Kukira kamu yang menjauh, ternyata kita memang tidak pernah dekat
~Karmila

~Sejumput Dendam Rana~

Suara pecutan sang langit menjadi pengiring hati yang hancur berkeping melihat sang pujaan hati bercumbu dengan yang lain.

"Jika yang kamu inginkan adalah membalaskan sebuah dendam maka selamat Rana, kamu berhasil menelanjangiku habis-habisan."

Entah dosa apa yang Damar lakukan di masa lalu hingga membuat Damar harus menebus dengan terhunusnya pedang tepat pada ulu hatinya. Merobek, mencincang dengan kejam begitu menyakitkan.

Rasanya masih terngiang dalam benak Damar bagaimana suara jeritan Rana yang mengalahkan suara rinai hujan. Sungguh rasanya Damar ingin menghapus sejenak ingatannya, hatinya terasa tak kuat lagi menahan.

Apa dulu seperti inikah yang Rana rasakan saat mengharap Damar membawakan obat untuk Onad, tapi yang Damar berikan bukan obat melainkan pertunjukan Damar dan Nirmala yang bercumbu mesra.

"Kamu kok nangis ada yang sakit, Mas?"

"Iya, hati Mas yang sakit Nir!" Sayang Damar hanya bisa menjerit dalam hati.

Berkata kejujuran hanya akan melunturkan harga dirinya sebagai lelaki. Mau ditaruh dimana wajah tamapannya nanti jika seluruh dunia tahu, dirinya menangis hanya karena wanita.

"Mas, jangan diem aja, bikin Nirmala takut. Kalau Mas sakit, Mas ngomong. Kalau Mas diem aja, Nirmala enggak ngerti."

Kedua sudut bibir Damar berkedut, memaksakan untuk tersenyum. "Mas nggak kenapa-napa, Sayang. Jangan khawatirin Mas kuat kok."

"Kuat fisik, tapi hati hancur lebur,"

Sungguh Damar tak menyangka jika Daniel benar-benar membuktikan tentang keseriusannya dalam berumah tangga dengan Rana menggunakan cara begini. Keji, tindakan Daniel benar-benar keji. Tidak mengertikan Daniel jika yang dilakukannya langsung menyerang Damar secara mental.

Tapi ini tidak akan membuat Damar lantas mundur, Damar akan berjuang demi mendapatkan cintanya kembali. Damar tidak peduli meski dirinya harus melawan Daniel yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

"Toh sebagaimana tangan manusia memaksa, tangan Tuhan bekerja lebih sempurna. Bahkan Danielpun tak akan bisa apa-apa jika takdir menggariskan aku dan Rana kembali bersama."

~Sejumput Dendam Rana~

Di depan kamar bercat putih itu sekarang dalam keadaan memanas, bahkan suasana hujan di luar sana tak dapat memancarkan dinginnya.

"Seneng kamu, Mas? Puas kamu, Mas!" jerit Karmila.

Jelas Karmila tak terima, melihat Damar terbaring tak berdaya di dalam sana akibat syok melihat kelakuan Ayah dan mantan istrinya sendiri. Entah sebuah kesengajaan atau tidak namun tetap saja rasanya Karmila tak terima.

Yang pasti ini bukan salah Damar, ini salah mereka yang melakukan hal tak semestinya di balkon. Karmila yakin ini pasti yang mengajak terlebih dahulu Rana si mantan janda itu, si wanita gatal yang kehausan belaian tak kenal tempat dan waktu. Memalukan!

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang