Part 30

120K 13.3K 3.4K
                                        

Seperti lantunan basmallah dan amin yang selalu terselip lantunan doa sebagai penjeda. Aku selalu percaya jika terkadang Tuhan sengaja mencipta ruang untuk sebuah kebersamaan, agar kita tersadar terkadang selaras tak selalu sejalan
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

Rana melirik sinis lelaki tanpa pakaian atas yang sibuk mengelap keringat pada tubuhnya. Demi Tuhan, lelaki tua yang sialnya menjadi suaminya itu sangat-sangat wangi walau sedang berkeringat. Rasanya Rana ingin berlari, mendekat dan menghirup kuat-kuat aroma tubuh kesukaannya itu.

Tapi tidak! Ini pasti hanya akal-akalan Daniel saja agar Rana melupakan rasa kesalnya. Pasti Daniel sengaja memamerkan perut kotak-kotaknya agar Rana tergoda! Memangnya Daniel pikir dengan dirinya hanya mengenakan celana pendek, tubuh penuh keringat dan rambut basah, Rana akan tergoda lalu menarik Daniel ke arah ranjang, membuat Daniel meneriakan nama Rana lalu berkeringat bersama? 

"Simpan saja semuanya dalam mimpimu, Daniel Maheswara! Lihat siapa yang akan menang dalam pertarungan kita pagi ini!"

"Kamu kenapa?"

"Gapapa,"

"Terus kenapa liatin saya gitu?"

"Liatin suami sendiri emang enggak boleh?" sinis Rana. "Oh atau kamu mau aku lihatin suami orang?"

"Ya, kalau kamu maunya liatin suami orang saya bisa apa?"

Rana melotot tak terima. Bagaimana mungkin suaminya dengan begitu santai menyetujui usulan Rana. Memang dasar aki-aki tua menyebalkan!

"Kok Papa enggak cemburu!"

Daniel terkekeh, sebelum mendekat ke arah Rana. Memeluk erat tubuh sintal yang selalu membuat candu itu dari belakang.

"Siapa bilang saya tidak cemburu? Jelas saya cemburu, saya tidak suka istri saya menatap pria lain." bisik Daniel dengan suara serak.

"Tapi saya tidak bisa mengontrol reflek mata kamu, jadi dari pada saya emosi dan membuat kamu kesusahan berjalan lagi seperti malam kemarin. Bukankah lebih baik saya membiarkan kamu melakukan apa yang kamu mau, tapi berhubung sesuatu yang kamu mau itu bertentangan dengan apa yang saya mau. Saya artikan saja apa yang kamu lakukan sebagai sebuah kesalahan." 

"Tentu kamu tahu harga dari sebuah kesalahan sangat mahal bukan, Sayang?" Daniel menaik turunkan alis lalu melirik ke arah koper kecil berwarna merah di dekat ranjang.

Rana menggelengkan kepala cepat. "Enggak ya, Pa! Enggak ada aneh-aneh lagi! Kemarin udah ganti rugi meja, semalem bed covernya sobek, kaca kamar mandi juga pecah! Lama-lama ni kamar rubuh kalau Papa aneh-aneh lagi."

Daniel menghendikkan bahu tak acuh, sebelum kembali mendekap Rana begitu erat.

"Jadi bisa jelaskan sekarang, kenapa Nyonya Maheswara yang cantik ini marah? Hmm?"

Rana mengerucutkan bibir, menggoyangkan badan ke kiri dan kanan membuat Daniel mau tak mau mengikuti.

"Rana tu kesel, kenapa Papa ninggalin Rana padahal Rana juga mau ikut ngejim bareng Papa sama Onad!"

"Kamukan masih tidur, jadi saya tidak mau putri tidur saya ini terganggu waktu tidurnya."

"Tapikan kalau enggak ada Papa sama Onad sama aja Rana enggak bisa tidur, Rana pasti bangun!"

"Ya kita sama, makanya saya sengaja ninggalin kamu karena saya takut kalau kamu ikut nanti saya yang bangun! Kamu tidak mengerti rasanya menahan mati-matian Daug yang selalu bereaksi ketika melihat Meranya terlihat menggoda!" gerutu Daniel yang dihadiahi kekehan Rana.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang