Part 53 (Sisi Lain Daniel)

47.8K 6K 1.6K
                                    

HALLO AKOH KEMBALI, TERIMAKASIH SUDAH SETIA DENGAN RANA.
JADI KARENA AUTHOR SUKA YANG PANJANG-PANJANG JADI PART INI DIBUAT LEBIH PANJANG. SEMOGA KALEAN TIDAK BOSAN 😘😘

~Sejumput Dendam Rana~

Meski sendiri itu enak, aku tetap nekat bersamamu agar kita bisa enak-enak
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

"Papa, Nad minta kaltu ATM."

"ATM?" Dahi Daniel berkerut. "Buat apa?"

"Kasih ke Nana," tunjuknya pada bocah perempuan kecil berkuncir dua yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Kamu mau jajan?"

Onad menggelengkan kepala.

"Terus buat apa kartunya?"

"Ini ulusan anak muda! Papa olang kuno mana ngelti."

Daniel meringis, merasa tertampar dengan sebutan orang kuno yang disematkan Onad padanya. Apakah dirinya setua itu? Tapi lelaki empat puluh dua tahun itu memilih diam dan mengalah, memberikan satu kartu berwarna hitam pada anak lelakinya dari pada memperpanjang masalah toh hanya satu kartu ATM. Meski terkuras habis isinya tetap tidak akan mengurangi jumlah harta kekayaannya sama sekali.

"Telimakasih Papa olang kaya, jasamu akan kukenang hingga akhil hayat." ucapnya sebelum pergi berlalu.

Langkah kecil Onad terhenti tepat di hadapan gadis cantik berkuncir dua itu.

"Nana."

"Iya, Nad?"

"Nana cantik hali ini, kemalin Nana juga cantik, tapi hali ini cantiknya Nana beltambah kalena lambutnya dikuncil dua milip penyihil Maleficent."

Bibir gadis berumur tiga tahun itu mengerucut. "Onaaad," Rengeknya. "Nana nggak mau disama-samain kaya penyihir. Nana itu maunya jadi Ibu Peri."

"Nana jangan jadi ibu peli."

"Kenapa?"

"Kalena Nana nggak cocok jadi ibu peli, Nana cocoknya jadi ibu dali anak-anakku."

Nana mengerjab, meski tak mengerti gadis kecil itu tetap mengangguk dan bertepuk tangan untuk Onad. Bagi Nana, Onad itu keren. Meski belum fasih berkata r tapi Onad sudah bisa cebok sendiri.

"Kaltu ini buat Nana." Onad menyodorkan kartu berwarna hitam, namun bukan menerima Nana malah menggelengkan kepala. Gadis itu menolak pemberian Onad.

"Nana, ayo kaltunya ditelima." Paksanya. "Kata Mama kalo ada cewek cantik halus dikasih bunga, tapi kalena Nad nggak punya bunga jadi pake kaltu aja. Di dalem kaltu juga ada bunga, namanya bunga bank. Mamanya Nad suka bunga bank."

Mendengar kata Mama tanpa ragu Nana menerima pemberian Onad, karena selain suka Onad, Nana juga suka Tante Rana. Tante baik yang suka membelikan baju-baju princes untuknya.

"Terimakasih Onad."

"Kok telimakasih!" Protesnya. "Biasanya kalau Papa ngasih kaltu ke Mama, nanti Mama cium Papa. Sekalangkan Nad ngasih kaltu ke Nana belalti Nana halus cium Nad."

"Tapi kata Bunda, Nana ndak boleh cium-cium."

Nana menunduk, gadis itu tak enak pada Onad. Namun Onad hanya tersenyum dan menepuk-nepuk puncuk kepala Nana untuk menenangkan gadis itu.

"Nana halus nulut kata olang tua. Nanakan nggak boleh cium-cium Nad, gapapa bial Nad aja yang cium Nana."

"Nad pinter," puji Nana malu-malu.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang