Part 48

54.2K 8K 2.2K
                                    

Kenapa cicak diam-diam merayap? Karena kalau diam-diam berdiri menantang itu Daug
~Rana

~Sejumput Dendam Rana~

Mata Daniel menyorot tajam, tangannya terkepal begitu erat hingga membuat buku-buku jarinya menonjol, "Gila kamu!" sentaknya.

Jika biasanya mendengar nada tinggi Daniel nyali Karmila menciut sekarang tidak. Rasa takut itu terasa menguap begitu saja, Karmila merasa dirinya kini seakan berada di medan pertempuran, entah maju ataupun mundur hasilnya tetaplah babak belur. Jadi Karmila lebih memilih melawan, meski akhirnya akan membuat hatinya lebih hancur berantakan.

Karmila tertawa terbahak meski kedua netranya berkaca-kaca. Bibirnya menertawakan nasib, sedang matanya mencerminkan hati yang remuk redam. Siapa yang tak hancur jika berada di posisinya sekarang. Pedih, perih begitu menyiksa!

"Jadi menurutmu aku gila, Mas?" Satu titik air mata mengalir pada sudut mata Karmila. "Aku ini bukan gila! Aku tidak gila, aku hanya mencoba membongkar tabir kelam yang sembunyikan suamiku selama ini."

"Aku bodoh ya, Mas? Bisa-bisanya aku terlalu naif menganggap perubahan kamu yang tidak pernah peduli pada orang lain menjadi perduli pada anak itu karena kamu tulus menyayanginya sebagai cucu."

Karmila menggigit bibir bawah, menahan isakan yang menyeruak. Hatinya terlalu ngilu, bayangan-bayangan kedekatan Daniel dan Onad sewaktu dulu menghantui benaknya. Kenapa dirinya baru menyadari sekarang?

"Nya... Nya- nyatanya kepedulian dan cinta tulusmu bukan murni sebatas cucu dan kakek! Pantas saja saat melihat anak itu disakiti sedikit kamu langsung tidak terima! Begitupun jika ada yang menyakiti wanita itu, kamu langsung pasang badan! Kamu langsung tidak terima dan melawan seolah-olah kamulah yang disakiti!"

Seujung kuku saja Rana atau Onad tersakiti, Daniel langsung tak terima. Menyentak, memaki, mengutuk siapapun pelakunya. Sedang jika yang disakiti, dicemooh adalah Karmila ataupun Damar, Daniel mana pernah bertindak. Dirinya malah seolah-olah buta dan tuli, tak memperdulikan apa yang terjadi sama sekali.

Padahal yang harusnya Daniel lindungi adalah Karmila dan Damar, mereka adalah korban dari kelicikan Rana.

"Lalu saat Damar menceraikan wanita itu, dia tidak nampak sedih barang sedikitpun! Tapi yang ada hanya tatapan mengejek serta cemoohan dan sumpah serapah yang diucapakan. Karena dia sudah tahu, perpisahannya dengan Damar adalah pintu utama menuju dekapanmu!"

"Dan sepertinya benar tebakan wanita itu! Nyatanya kamu memang dengan gampang mengulurkan tangan untuknya, seolah-olah kamu sudah menantikan saat-saat kebersamaan kalian!"

Sungguh Karmila tak menyangka Rana begitu pintar membalikkan keadaan, bermain peran seolah dirinya adalah korban yang paling tersakiti padahal nyatanya dirinyalah sang pelaku utama. Rana adalah penjahat yang manipulatif!

Tangan Daniel mencengkram dagu Karmila, memaksa Karmila mendongak menatap manik Daniel yang memerah. "Simpan semua imajinasi liarmu itu, Sekar Mila! Hentikan bualan-bualan yang semakin tidak masuk akal itu! Saya menyayangi Onad tulus dari hati saya, bukan karena darah saya yang mengalir pada tubuhnya! Dan satu hal lagi saya tidak segila itu untuk melakukan hubungan terlarang dengan Rana yang saat itu masih berstatus sebagai menantu saya sendiri."

Dengan tenaga penuh Karmila melawan, menyantak tangan besar Daniel yang mencengkram dagunya. "Aku bukan pembual! Yang pembual itu kamu." tunjuknya pada Daniel.

"Hentikan omong kosongmu!"

"Aku bukan bicara omong kosong, aku membicarakan fakta! Kalau memang kamu tidak memiliki hubungan terlarang dengan wanita itu kenapa bisa ada anak itu diantara kalian?"

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang