Part 3

132K 14.4K 2.2K
                                        

Sebuah postingan foto instagram milik sang Ibu mertua membuat perempuan berkuncir kuda yang memakai celemek itu melotot sempurna. Bukan karena melihat sang suami yang menggandeng mesra sang madu, namun baju yang dikenakan oleh suaminya yang menjadi fokusnya. Laki-laki yang menjadi duplikat dari Onad itu memakai kaos biasa dan tangannya sudah tak terpasang infus. Artinya laki-laki itu sudah tidak sakit lagi bukan? 

"Padahal kalau Mas Damar matikan lumayan duit sumbangannya." gumam Rana pelan. 

Rana menghendikkan bahu acuh. Kalau seandainya membunuh itu diperbolehkan sudah pasti Ibu beranak satu itu sudah menebas leher suaminya. Saar drop saja mendekat padanya, namun saat sehat, bugar malah berbagi peluh dengan wanita lain. Dasar laki-laki gak punya ahlak! 

Degh,

Tiba-tiba saja Rana jadi kepikiran tentang kesembuah Damar. Bagaimana kalau laki-laki itu malah kembali ke rumah ini dan lebih parahnya gerombolan badut itu ikut? Mau melarangpun tidak mungkin, statusnya masih sah menjadi istri laki-laki kurang ajar itu. Mau menerima? Oh ayolah Rana bukan perempuan dengan sejuta keluasan hati. Tapi untuk pergi jelas dirinya tak mau. Ini merupakan rumahnya, dan tidak ada ceritanya Tuan rumah diusir oleh tamu bukan? 

Rana menggelengkan kepala berusaha mengenyahkan segala pikiran dalam benaknya. Berusaha mengusir segala pikirannya tentang laki-laki kurang akhlak itu.

"Onad mau Mama gorengin telur aja atau mau nuget dinosaurus?" pertanyaan dari perempuan dewasa itu membuat bocah kecil yang sibuk dengan pensil warna dan buku gambar mendongak dan menggeleng.

Memang Rana tahu, kalau Onadnya belum pernah berbicara satu patah katapun. Yang keluar dari bibirnya hanya ringisan pelan, atau tangisan. Namun hal itu tak menyurutkan langkah Rana untuk terus mengajak anak semata wayangnya berkomunikasi. Karena Rana yakin jika suatu saat nanti Onadnya pasti akan berbicara karena terus mendapat rangsangan.

"Telur yang kuningnya ditengah gak mau? Nuget dinosaurus loncat-loncat atau dua-duanya?" mendengar itu Onad hanya menggeleng, membuat Rana kebingungan sendiri. 

Onad memang terbiasa makan nasi, sayur yang wajib harus ada lauk di atasnya. Namun dikarenakan dalam kulkas hanya ada telur dan  nuget maka tidak ada pilihan lain bukan? 

"Terus Onad mau apa?" 

Bukan langsung menjawab anak berusia dua puluh dua bulan itu malah tersenyum hingga kedua matanya menyipit. Lalu menunjuk ke arah sudut dapur membuat Rana mengerngit. Mungkinkah Onad bisa melihat setan? Hingga beberapa saat kemudian Ibu beranak satu itu tersenyum cerah saat mengetahui maksud anak semata wayangnya.

"Tapi janji nanti makannya yang banyak ya?" tanya Rana membuat Onad mengangguk dan bertepuk tangan.

Hanya dengan melihat senyuman Onad, rasanya semua beban dalam pundak Ibu beranak satu itu langsung menghilang. Bahkan suara tawa lirih Onad menjadi penyemangat Rana untuk melanjutkan acara masak memasaknya.

Drtttt... Drrrrttt....

Getaran pada benda pipih di dekatnya membuat Rana segera membukanya, pesan itu berasal dari suaminya yang mengatakan jika dia sedang berada di perjalanan pulang. Membuat Rana langsung mematikan gawainya. Sangat tidak penting! Lebih baik Rana meneruskan acara masak-memasaknya.

Terserahlah! Mau pulang ke sini atau ke neraka sekalipun Rana tak peduli. Hingga berapa saat kemudian kedua sudut bibir Rana terangkat, setelah sebersit ide muncul dalam benaknya.

~Sejumput Dendam Rana~

Tuuuukkk

Lemparan pada pinggangnya membuat perempuan beranak satu itu menoleh. Begitu mendapati raut dari anak semata wayangnya berbeda seperti menahan sesuatu. Dengan secepat kilat Rana segera meletakkan piring terakhir di atas meja. Lalu menghampiri Onad dan menggendongnya. 

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang