Hallo Sejumput Dendam Rana hadir untuk menemani hari kalian 😘
~Sejumput Dendam Rana~
Kuda saja saya tunggangi, apalagi kamu
~Daniel~Sejumput Dendam Rana~
Daniel mengelus pelan surai lelaki kecil di atas pangkuannya yang nampak begitu khusuk melihat film tentang binatang purba yang telah punah itu. Lihatlah Onad nampak begitu anteng jika memperhatikan sesuatu, fokusnya, ekspresinya, guratan raut wajahnya.
"Onad anak Papa, dan selamanya akan begitu. Tidak akan ada yang bisa memisahkan kita, Sayang."
Kedua sudut bibir Daniel berkedut, melihat Onad yang seperti ini rasanya Daniel seperti berkaca, dirinya di masa muda persis seperti lelaki kecil dalam pangkuannya itu. Bahkan rasanya nyaris tidak ada perbedaan diantara keduanya.
Bolehkan Daniel berbangga sekarang? Ambisinya benar-benar terwujud, memiliki dan mengikis jarak diantara dirinya dan Onad menjadi setipis kertas. Lihatlah Daniel bisa merubah keadaan dimana sesuatu yang dulu tanpa ikat sekarang menjadi begitu dekat tanpa sekat.
Walau harus Daniel akui cara mewujudkan obsesinya memang sedikit kotor. Dengan sadar dirinya memanfaatkan celah yang Damar ciptakan, menelusup masuk menggeser posisi hingga membuat tahta kepemilikan atas Onad berpindah di tangannya.
Jahat? Tidak, Daniel hanya pandai mengambil peluang. Bukankah yang terpenting dirinya bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi pilihannya?
Ah mengingat itu membuat pikiran Daniel bergulir tetang obrolannya dengan Dante kemarin, obrolan panas melalui sambungan telepon sesaat sebelum pesawat yang ditumpangi anak keduanya itu lepas landas.
"Dante tahu, Papa sangat menyayangi Onad. Dante juga tahu betapa jahatnya Damar memperlakukan Onad, tapi itu semua tidak lantas menjadi sebuah pembenaran atas tindakan Papa yang mencoba menyembunyikan fakta jika di dalam diri keduanya mengalir darah yang sama."
"Dan kamu tidak mengerti," sanggah Daniel membuat Dante berdecak kesal.
"Apa yang Dante tidak mengerti, Pa? Dante mengerti, Dante sangat-sangat mengerti semuanya. Sekarang Papa jawab pertanyaan Dante, mau sampai kapan Papa menyembunyikan semuanya? Sampai Papa lelah? Sampai Onad bisa mengerti sendiri? Atau Papa memilih untuk terus diam, membiarkan waktu meledakkan bomnya sendiri dan membuat hubungan kalian menjadi rumit?"
"Tidak semudah itu, Dan." jeda Daniel sebelum menghela nafas panjang. "Semuanya terlalu rumit."
"Dan akan bertambah rumit jika tidak Papa uraikan dari sekarang,"
"Dan," lirih Daniel.
"Lagi pula mau sebagaimana tingginya Papa membangun tembok penghalang, hal itu tidak akan bisa memungkiri ikatan diantara keduanya, kecuali..."
Daniel mengerutkan kening mendengar kata terakhir Dante yang terkesan menggantung "Kecuali?" ulangnya.
"Kecuali jika justru darah Papalah yang mengalir dalam diri Onad."
"Jangan sembarangan kamu, Dante!"
Dante terkekeh sinis, "Jangan salahkan anggapan Dante, sikap Papa yang selalu berlebihan jika tentang Onadlah yang membuat Dante berkesimpulan begini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejumput Dendam Rana
HumorTentang Rana yang harus menerima kenyataan pahit. Saat suaminya harus menikah lagi dengan anak dari pendonor ginjal untuknya. Hingga satu tahun berlalu, takdir membawa Rana kembali masuk dalam keluarga mantan suaminya. Bukan sebagai menantu tapi seb...