Part 60

21.2K 1.2K 239
                                        

Hallo, selamat malam semuanya ❤️
Terimakasih untuk 5 juta pembacanya, terimakasih juga masih setia bersama aku. Lafyuuu guys.
Absen yang masih setia sama cerita ini ❤️

~Sejumput Dendam Rana~

"Akhirnya Mas bisa keluar juga dari sini, nggak betah banget rasanya di rumah sakit."
Seutas senyum terukhir di wajah lelaki tak bergigi depan itu.

Kedua netranya berbinar menatap jalanan yang terbingkai begitu apik dari jendela lantai tiga tempatnya dirawat. Rasanya seperti tidak sabar ikut berbaur diantara kemacetan dan keriuhan di luaran sana. "Walau di sini pemandangannya bagus, rasanya tetep aja Mas nggak betah pengen buru-buru keluar."

Lagi pula siapa yang betah terus berada di rumah sakit, selain tubuh terasa pegal karena tidak melakukan kegiatan apapun, rasanya mata Damar lama-lama akan terkena rabun karena tidak bisa berolahraga melihat perempuan-perempuan muda dengan riasan cantik dan badan seksi yang begitu menggoda diluaran sana. Jujur saja sebenarnya Damar sudah muak selalu saja melihat Nirmala, selain perempuan yang telah memberinya satu orang putra itu penampilannya kian tidak menarik, ia juga sangat cerewet hingga membuat kuping Damar terasa begitu pengang.

Sebenarnya bukan hanya itu, Damar juga merasa sedikit kesal pada Nirmala karena perempuan itu dengan begitu kurang ajarnya  menolak ciuman yang akan Damar berikan. Lagipula hanya kehilangan beberapa gigi depan tak lantas membuat ketampanan seorang Damar luntur bukan? 

"Bisa-bisanya dia tidak sadar diri dengan pantatnya yang hitam itu!" gumamnya lirih, namun sayangnya tetap membuat perempuan yang berstatus sebagai sebagai istrinya itu menoleh dan menaikkan satu alis seolah meminta penjelasan.  

 "Mas ngomong apa?"

"Enggak, Mas cuma seneng aja bisa pulang." Ternyata ada untungnya punya istri yang tidak mengetahui fungsi dokter THT seperti Nirmala, sedikit budek tapi tak apa toh sudah terlanjur dinikahi.

Coba saja yang berada di dekatnya saat ini adalah Rana, pasti perempuan itu tidak segan-segan berteriak mencaci maki atau bahkan menendang aset berharga milik Damar lagi jika mendengar sedikit saja hal buruk disematkan padanya. Sungguh membayangkan saja membuat tubuh Damar begidik ngeri. Tapi itu tetap tak menutupi fakta jika Rana dan kegilaannya sangat membuat candu. Ah ingatkan Damar untuk menyusun rencana merebut Rana kembali, membuatnya bertekuk lutut kemudian Damar akan meninggalkannya saat Rana sedang cinta-cintanyacintanya lalu membuat perempuan dengan gengsi setinggi langit di angkasa itu berlutut memohon balasan cinta seorang Damara Maheswara yang tampan tiada tara. 

"Bukan merebut tapi hanya mengembalikan semua seperti sedia kala, bukannya dari awal Rana adalah milikku tapi direbut paksa oleh Papa?"

"Mas!"

"Ya, Nir?"

"Kita.. Pulang ya?"

Bibir mungil berlapis gincu merah muda itu mengatup, binar netranya menyendu. Ditatapnya dengan hikmat lelaki yang telah memberinya seorang putra itu lekat. Bukan sebab tak bahagia melihat sang pujangga meninggalkan tahta dari brankarnya, sejujurnya dalam lubuk hatinya juga bahagia tapi...

"Kenapa sih, Nir? Kamu nggak suka Mas pulang? Kamu mau Mas di sini terus?"

"Bukan gitu Mas, Nirmala seneng Mas pulang."

"Ya terus kenapa kamu kayak nggak suka Mas pulang? Nggak biasanya kamu  

Nirmala menggeleng, "Kalau kita keluar dari sini, kita mau kemana Mas?" digigitnya bibir tipis itu dalam-dalam. "Kita nggak punya rumah untuk pulang..."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang