××Author POV××
"Katanya kau sakit?"
"Aku baik-baik saja...uhuk"
Setelah menangis kemarin, dirimu pingsan dan malamnya demam tinggi.
Tapi sekarang, kelihatan bugar meski masih sedikit batuk.
"Yakin?"
Kepalamu terangguk untuk menyakinkan pria di sampingmu.
"Padahal aku panik kemarin kau menangis begitu, gimana ya?", Na Hwajin mempratekkan tangismu kemarin.
Kau hanya menatapnya diam dan berkedip bingung.
Responnya datar sekali, Na Hwajin gagal ngelawak.
"Aku...menangis seperti itu?", tanyamu.
"Yah, itu karena shock yang kau alami, wajar saja sih"
"Tapi saat senior--"
"Kenapa kau juga panggil aku senior sih?"
"Tapi saat sayang..."
Na Hwajin terdiam mukanya memerah.
"Tapi saat kau menenangkanku di kelas kemarin...", kalimatmu menggantung. "Aku merasa aman? Terima kasih"
Suasana menjadi canggung.
Tidak ada yang saling menatap sekarang.
Puncak kepalamu diusapnya dalam diam.
Na Hwajin berusaha mengontrol dirinya agar tidak memelukmu.
Perasaannya kacau sedari kemarin saat melihatmu menangis dan sampai shock.
Di saat kerja dia harus bersikap profesional, tidak boleh mencampurinya dengan perasaan pribadi.
"Dari kejadian ini", suaramu memecah ruang hening di antara kalian. "Selanjutnya aku tidak bisa ikut kalian"
"Hah? Maksudmu?", manik Na Hwajin menatapmu terkejut.
"Aku--"
"Senior! [Y/n]!"
Lim Halim datang di saat yang tepat :v
Di tangannya terdapat surat.
Surat pengunduran diri.
Dia datang dengan raut kesal.
"Bu guru Sanghee mengundurkan diri?", tanyamu.
"Huh, setelah kemarin malah ini ada di atas mejanya!"
Kau tampak berpikir sejenak.
Melihat surat dan SDcard yang ditinggalkan.
"Bisa aku bertemu dengan beliau?"
📚📚📚
×
×Reader POV××
"Maaf..."
Sedari tadi bu guru ini bilang maaf.
Aku tidak mengerti.
"Tidak apa, informasi yang anda berikan pada kami sangat berguna"
"Eh?"
"Atas perintah langsung atasannya saya, anda diikutkan dalam penyelidikan ini"
"Tapi itu..."
"Saya akan menjamin keselamatan anda"
Isi dari SDcard sudah diselidiki.
Sekarnag tinggal investigasi dan penyelidikan lebih lanjut.
"Saya mohon kerja sama anda dalam hal ini"
"Baik, saya akan berusaha"
"Terima kasih banyak, saya juga berterima kasih pada anda"
"Eh?"
"Anda secara tidak langsung mebuat amnesia saya hilang, meski ingatan itu buruk dan meninggalkan trauma", atur nafas agar tidak di luar kendali. "Tapi saya melihat Somi, dari dia saya belajar untuk menghadapi trauma itu dan tidak menyerah"
"Anu, apa saya boleh tanya sesuatu?"
"Silakan"
Na Hwajin yang di luar cafe mengingatkanku akan waktu kami tidak banyak.
Aku meminta waktu sedikit saja degan kode tangan.
Ah, dia bingung.
"Sebentar", aku berbisik.
Oh, dia mengerti.
"Itu...seperti apa pelajaran yang anda dapat dulu sampai meninggalkan trauma?"
Aku beralih ke bu guru ini. "Para wanita hanya bekerja sebagai pemuas lelaki, anak perempuan yang belum pubertas akan di seleksi, jika memenuhi kriteria sebagai 'alat' mereka akan mendapat cap dengan besi yang di panaskan"
Sangat menyakitkan.
Setiap mengingat ini punggungku serasa berdenyut, di mana cap itu masih ada.
"Dipaksa dengan pemikiran seperti yang anda ajar, kesetaraan...namun, dengan pandangan militer, saya hanya 'alat' bagi mereka"
Aku menggenggam kalungku supaya tenang.
"Apa anda tahu 5 tikus yang di letakan di wadah yang sama? Apa yang akan terjadi?"
"Mereka saling-!"
"Itulah saya dan pelajaran saya di masa lalu, bu guru Sanghee. Saya harap di negara yang damai ini tidak ada pelajaran seperti itu tadi"
Di mana yang paling kuat akan bertahan dan yang lemah akan mati di makan yang kuat.
Saling bunuh satu sama lain.
Dan itu hampir terjadi kemarin.
"Saya permisi, kami menyambut anda dengan senang hati di penyelidikan ini"
Aku keluar cafe setelah membayar pesananku dan bu guru Sanghee tadi.
Yang pertama aku lihat Na Hwajin dengan raut...cemas?
"Aku berhasil mengatasi trauma", ucapku sambil mengacungkan jempol.
Aku lihat gestur ini di film yang aku tonton.
"Hah, aku pikir kau akan terkena panik attack lagi"
"Aku tidak apa", segawat apa memangnya aku kemarin?
"Soal katamu tidak akan bekerja dengan kami lagi...", yang tadi? "Apa kau serius?"
"Iya"
Aku sudah tidak bisa ikut kalian kerja lagi.
Kenapa Na Hwajin terlihat terkejut? "