««Girl From War»»

1.5K 354 6
                                    

××Author POV××

"Makan dulu, biar badanmu hangat"

Na Hwajin memperhatikan wanita di depannya yang mengambil makan dengan lemas.

Meski ekspresi wanita itu datar sekalipun.

Dia tidak mau membahas hal itu di saat makan.

Kalian makan dalam hening.

Hanya suara televisi yang berisik.

"Mau aku batalkan saja?", Na Hwajin bersuara ketika mencuci peralatan makan. "Aku bisa minta pak tua itu membatalkan pengajaranmu di sekolah itu"

"Tidak perlu, aku ingin belajar langsung dari kalian", kepalamu mendongak. "Aku akan tahan rasa sakit di kepalaku"

"Lalu...", Na Hwajin meletakkan cangkir kopi di depanmu. "Aku hanya ingin tahu saja, bisa kau ceritakan?"

"Ini apa?"

"Kopi, aku tambahkan susu biar tidak pahit"

Manikmu memandang ke dalam cangkir tersebut.

Bingung memulai dari mana cerita kisah masa lalumu yang terlintas.

"Pengajarannya mirip seperri di sekolah dasar itu", katamu. "Hanya saja...tidak boleh menangis, merengek, merasakan emosi apapun, perempuan tidak aman di sana"

Mata Na Hwajin membulat.

"Perempuan diperlakukan semena-mena...mereka yang pantas akan diberi tanda dengan sebuah simbol di besi yang dipanaskan"

Kepalan tangan Na Hwajin mengerat.

"Aku...salah satunya"

Na Hwajin meminum kopinya sekali teguk untuk menahan amarah.

"Hanya...sampai situ aku ingat"

Keadaan hening kembali.

Kau meminum kopimu perlahan untuk menenangkan diri.

Sisa setengah cangkir.

"Meski aku tidak ingat seluruhmya sebelum bertemu komandan...", lanjutmu. "Yang aku ingat sesuatu yang hangat saat bertemu komandan dan kalian"

Sudut bibirmu tertarik sedikit secara tak sadar.

Na Hwajin yang melihatmu menjadi deg-degan.

Kali pertama dia melihat senyummu.

"Ehem!", dia berdehem. "Aku hubungi Lim Halim dulu"

Kau pun mengiyakannya saja dan kembali menyesap kopimu.

Na Hwajin ke balkon dan menelpon juniornya itu.

Maniknya melihat ke bawah balkon yang tinggi.

Bagaimana dia manjat dengan tangan kosong?, pikirnya sesekali melirikmu.

Ia bersandar pada pembatas dan mengawasimu.

Takut jika tiba-tiba mengalami panic attack.

Rambutmu masih basah, bulir-bukir air masih bertengger di rambutmu.

Jantung Na Hwajin berdegup kencang.

"Ah, halo?", dia berbalik untuk mengalihkan pandangannya.

Sedang dirimu menatap kalungmu.

Nama dan pemilik liontin tersebut terbayang olehmu.

Kau letakkan di dadamu.

Mulutmu tiba-tiba bersenandung.

Lagu yang hanya diketahui olehmu dan komandan.

Lagu yang membuatmu tenang.

Na Hwajin melirikmu dari sudut matanya.

Kepalamu terangguk-angguk kecil.

Bruk!

Kursi yang kau duduki jatuh bersamaan denganmu yang jatuh...

Di dekapan Na Hwajin :v

[Halo? Suara apa tadi? Apa dia baik-baik saja?]

"Iya, hanya tertidur"

[Seniir tidak memasukkan obat aneh-aneh kan?]

"Mana mungkin, kau ini"

Na Hwajin menatap wajahmu yang tertutup rambutmu.

Ia menyisir rambutmu ke belakang.

Muka tidurmu layaknya anak-anak yang polos.

Ia menggendongmu dengan mengapit hpnya di antara bahu dan telinga.

"Biarkan dia menginap di sini semalam saja"

[Mana bisa begitu]

"Aku rasa dia kelelahan, aku kasihan kalau dia pulang sekarang. Lagipula sudah larut sekali sekarang, baik kau dan dia tidak baik keluar jam segini"

[Hm...], orang di seberang berpikir. [Ada benarnya juga, hanya semalam! Jangan sentuh dan berbuat aneh!]

"Iya, iya, kau percaya aku tidak akan lakukan hal iti kan?"

[Iya, percaya, besok pagi aku jemput]

"Tidak perlu, kita ketemu langsung di sekolah itu"

[Ya sudahlah, sampai ketemu besok]

Sambungan di putus sepihak.

Na Hwajin dengan hati-hati membaringkanmu di ranjangnya.

Ada niatan melihat simbol di punggungmu.

"Ah, tidak! Itu pelecehan!"

Tapi ia urungkan niat tersebut.

Akhirnya ia putuskan menyelimutimu saja.

Ia duduk di pinggir ranjangnya dan melihat sekali lagi wajah tertidurmu.

"Hidup seperti itu pasti membawakanmu ke mimpi buruk, tidurmu pun jadi tidak berharga", katanya. "Tapi sekarang lihat ini...muka damai saat tidur seperti malaikat"

Gadis dari belahan dunia lain.

Bertahan hidup dengan berperang.

Tangannya bukan membawa buku, penuh aksesoris, atau pun kipas yang membuatnya anggun.

Melainkan senjata dan darah untuk membunuh siapapun.

Senjata pembunuh hidup menjadi namanya.

Namun sekarang...

"[Y/n]"

Gadis ini adalah manusia.

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang