××Reader POV××
Jam makan siang.
Aku diajak Na Hwajin untuk makan di luar kantor.
Aku bilang juga mau bertemu seseorang.
Orang yang kumaksud jenderal.
"Oh, ngapain kau? Kurang kerjaan?"
"Kau sendiri? Kau jadi pengaguran setelah tak punya pangkat?"
Kakak Lim, senior Joun tolong.
Sepertinya akan ada perang.
Aku bisa merasakannya.
"Na Hwajin, jenderal...saya diberitahu kalau ribut di restoran akan diusir jadi--"
"Huh!"
Aku tidak mau diusir dan dicoret dari daftar tamu.
Makanan di sini enak soalnya.
Aku lihat daftar menunya.
Mereka juga.
Tapi sepertinya akan diusir kali ini.
"[Y/n], kamu suka ceker pedas kan? Mau sama ayam juga?"
"[Y/n], perbanyak sayur, hari ini dingin makan yang berkuah ya"
"Kau pikir [y/n] kambing? Dasar tua"
"Punya kaca?"
Aku harus apa?
Dulu, aku hanya dibolehkan diam jika rapat untuk perang mulai terasa tidak kondusif.
Ah, lebih banyak aku tidak boleh terlibat sih.
Hm, kata kakak Lim dan Han Yeri, juga pak kepala selalu berdehem.
Ehm, kayak batuk kan ya?
Batuk biasa bukan batuk sekarat kena rudal.
"Ohok!", begini kan?
Mereka diam menatapku.
Aku hanya melirik mereka satu-satu.
"Kau tidak apa?!"
"Aku telpon ambulans!"
"Kecapekan ya?"
Aku kan cuma berdehem.
Kenapa panggil ambulans?
"Aku tidak apa"
"Sungguh?"
Aku hanya mengangguk. "Kalau masih ribut aku tidak ikut makan, permisi"
Aku tinggalkan saja dan beli makan di minimarket.
Lelah.
📚📚📚
××Author POV××
Kau pun memutuskan makan tteobokki di foodtruck dekat sana.
Akhirnya sensor perangmu mati.
Menikmati makan siangmu dengan tentram.
"Oh, di sini juga"
"Kakak"
"Bukannya tadi kau sama senior?"
"Perang dengan jendral jadi kutinggal"
"Hahaha! Mereka itu dasar! Kerjaanmu bagaimana?"
Mengobrol santuy dengan sesama ciwi.
Ini lebih baik daripada tenangib 2 pria tua :v
"Oh, kakak waktu itu!"
Seorang remaja yanv mengantar pesanan Lim Halim menyapamu.
"Eh, siapa?"
"Aku yang di lapas waktu itu! Kakak masa tidak ingat? Kakak kan bantu kami terus!"
Anak itu terlihat senang melihatmu namun kau malah bingung.
"Apa kita pernah bertemu?", tanyamu.
"Aduh, kakak ini bercandanya bisa saja!"
Lim Halim yang memperhatikan kalian sepertinya mengerti.
Dia sudah tahu hasil tes kesehatanmu.
"Ikut kakak sebentar yuk~", Lim Halim menarik remaja itu sedikit menjauh.
Kau pun melanjutkan makanmu sambil melihat keduanya.
Tidak terlihat dan terbaca gerak bibir keduanya karena membelakangimu.
Wanita rambut merah itu kembali duduk denganmu.
"Kenalan kakak Lim?"
"Ya, begitulah, saat tugas di lapas"
"Begitu? Aku mau juga kalau diizinkan"
"Haha, tanya pak menteri"
Lim Halim hanya bisa mengikuti arah pembicaraanmu saja dengan menutupi fakta yang ada.
"Oh, lihat siapa yang kemari"
"Na Hwajin, jen...pak Will?"
"Duh~ kenapa kau meninggalkanku sih~", Na Hwajin merangkulmu.
"Tega kau pada jenderalmu~"
"Ukh, bau alkoholnya", Lim Halim agak menjauh.
"Ini masih siang untuk mabuk", timpalmu. "Nafasmu bau"
Na Hwajin potek :v
"Pfrt!", Lim Halim nahan ketawa.
Sebuah jam makan siang yang damai :v
📚📚📚
[BONUS]
(Meanwhile para cowok lagi makan)
Wilson: [y/n] terlihat baik
Na Hwajin: menurutmu begitu
Wilson: kenapa? Selain kantung matanya sih
Na Hwajin: [y/n]...dia...ingatannya akan terhapus setelah 7 hari dalam seminggu berakhir
Wilson: *berhenti makan* apa katamu?
Na Hwajin: ingatannya seperti direset secara random entah kejadian yang mana tapi *natap tajam Wilson* yang jelas kejadiannya setelah dia ada di sini bukan medan perang
Wilson: *terkejut* sejauh mana?
Na Hwajin: masih tidak tahu
Wilson: *natap Na Hwajin* begitu...
Na Hwajin: aku hanya takut...dia akan melupakanku suatu saat
Wilson: *tuang wine ke gelas Na Hwajin* percayalah padanya, dia tak akan lupa terhadap orang yang ia sayangi
Na Hwajin: *tersenyum* aku harap begitu
