××Reader POV××
Aku terbangun karena mencium bau enak.
Tidurku nyenyak rasanya tidak seperti sebelumnya.
Dan aku...tidak merasa aneh.
Biasanya setiap bangun pagi aku akan sakit.
Aku tidak tahu kenapa.
Ini juga bukan kamarku.
Ah, iya...semalam aku dijemput Na Hwajin.
Aku keluar kamar karena merasa haus.
"Pagi sayang~"
Hwajin memakai celemek dan tersenyum ceria begitu.
Tumben.
Biasanya kalau begini pasti akan diinteogasi.
Selama tugas lapangan juga begitu.
Dia tersenyum ceria seolah tidak punya dosa lalu mengeksekusi mereka, kata kakak Lim.
"Uhn...pagi"
"Tidurmu nyenyak semalam? Masih capek? Aku sudah siapkan air hangat buatmu mandi"
"Terima kasih..."
"Sama-sama, hehe~"
Aku jadi curiga kalau-kalau dia mau mengorek informasi dariku.
Tapi buat apa aku curiga?
Aku tidak tahu harus kenapa aku jadi curiga begini.
Aku masuk ke bathtub setelah membersihkan diri.
Badanku serasa nyaman.
Bekerja di balik meja itu melelahkan ya?
Makanya dulu komandan suka mengeluh kalau banyak dokumen.
"[Y/n], jangan tidur lho!"
Aku hampir tenggelam di bathtub karena tanpa sadar hampir tertidur. "Iya!"
Intuisinya tajam.
Aku selesai mandi dan memakai baju.
Ke dapur langsung disambut banyak makanan di meja.
Masakan rumahan.
Rasanya terlihat lebih lezat dua kali lipat.
Tidak, tak terhingga kali lipat.
Aku duduk di kursi yang kosong.
Aku baru tahu Na Hwajin bisa memasak yang begini.
📚📚📚
××Author POV××
Na Hwajin tak berhenti bersenandung senang kala sedang memasak untukmu.
Bahkan dia sampai menyiapkannya untukmu.
Menuang nasi dan sup di setiap mangkukmu.
Menatanya di meja dan meletakkannya satu-satu.
"Masih panas hati-hati"
"Terima kasih H--!"
"Sama-sama, hehe~"
Kau terdiam karema kaget bibir pria itu mengecup pipimu.
Kau memegang pipimu yang dikecupnya tadi.
Jantungmu lebih berdebar dari biasanya dan tiba-tiba rasanya suhu badanmu meningkat.