«William Aston»

637 154 0
                                    

××Lim Halim POV××

Aduh, aku sempat salah sangka tadi!

Untung bisa dikondisikan tadi.

"Terima kasih sudah mau mengantar saya"

"Tidak apa, maaf saya tadi salah sangka"

"Saya juga terkejut dia akan menangis seperti itu, baru pertama kali saya lihat juga"

"Haha, ini bukan pertama kalinya dia begitu"

[Y/n] tertidur di kursi penumlang belakang.

Buku itu di peluknya erat.

Dia lelah menangis sampai tertidur.

Yah, setidaknya tadi dia menangis seperti anak kecil.

Air matanya meleleh begitu deras.

"Anu maaf jika saya lancang pak", aku penasaran juga. "Anda keluarga dari komandan [y/n]?"

"Iya, dia adik saya yang tidak ada cocoknya di militer", aduh. "Sikapnya jauh berbeda dariku, dia selalu berangan ke menyebrang ke lautan untuk mencari negeri yang damai. Negara kami berpondasi militer dan selalu berperang, wajar dia berangan begitu"

Negara yang membara oleh perang.

Aku tidak bisa bayangkan tinggal di negara seperti itu.

"Adanya [y/n] dia jadi lebih bersemangat untuk menemukan negeri yang damai untuknya tinggal. Misi terakhirnya itu...membuat seluruh pasukan berstatus hilang"

"Ah, insiden itu ya", ada isu kalau Korea juga terlibat.

Aku masih pelatihan untuk jadi badan hak pendidik waktu itu.

"Mengerahkan pasukan pun percuma karena setelah itu wabah penyakit menyebar di negara kami. Terpaksa negara kami di blokir dan diledakan dengan nuklir"

"Saya turut berduka cita"

"Rasanya tidak adil bagi saya karena saya hidup tanpa melakukan apapun...sedang adik saya"

Aku meliriknya yang menoleh ke belakang melihat [y/n].

Senyumnya itu sulit kuartikan.

Lampu merah, aku melambatkan mobil sampai berhenti.

Tangan orang itu mengelus kepala [y/n] yang sedang mengemut jempolnya.

Astaga, imut!

Masa sih dia seumuran denganku!?

"Adik saya berjuang untuk seorang gadis yang pernah dimanfaatkan untuk kepentingan orang tamak"

Foto terus kirim ke senior! "Kurang lebih saya tahu situasinya dulu dari pak menteri karena beliau yang menjadi sosok orang tua baginya"

"Hah, saya bersyukur sekarang dia di kelilingi orang yang baik. Adik saya bisa tenang di alam sana"

Aku tidak tahu ternyata hubungan mereka seintens itu.

Lalu ada orang yang seenaknya bucin sampai ke tulang.

Yah, bagaimana pun itu kenangan berharga untuk [y/n].

Padahal masih terang tapi suasanya suram, haha.

"Anda sekarang tinggal di mana?"

"Saya tinggal dekat Busan, saya kemari karena dapat informasi soal makm adik saya. Sekarang saya seorang guru sejarah di pinggiran kota ini nanti"

"Oh, anda memutuskan pindah?"

"Iya, saya akan pindah di kota ini. Saya sangat mendukung Badan Hak Pendidik"

"Wah, terima kasih"

Banyak pemdapat negatif dan positif dari masyarakat tentang kami.

Tapi kalau dipuji langsung rasanya senang sekali jadinya hehe~

"Jadi saya bermaksud ikut anda sekalian mengantar [y/n], anak ini pasti bekerja dengan baik kan?"

"Iya! Sangat! Dia cepat belajar dan disukai anak-anak sekolah"

"Bisa saya bayangkan. Dia ini memang mudah dicintai banyak orang"

Ya sangat mudah bahkan ada yang sampai bucinnya nggak ketolong.

Senior sekarang pasti lagi bersin-bersin, maaf senior.

Selama perjalanan kembali, Wilson banyak cerita tentang masa lalunya.

Terutama cerita tetang adiknya, William.

Cerita William dan [y/n] benar-benar membuatku merasa hangat dan iri sekaligus.

[Y/n], begitu loyal padanya.

William, rela melakukan apapun dan berkorban apapun demi kehidupan damai nan bebas untuk [y/n].

Wah, andai pria itu masih hidup aku bisa bayangkan perang dingin antar dia dan senior.

Apalagi senior itu kelihatan sekali menaruh perhatian lebih pada [y/n].

"[Y/n] itu masih dibilang polos, dia akn banyak tanya jika ada kata yang tidak dia tahu"

"Haha, padahal dulu dia anak yang pendiam"

"Saya dan [y/n] ada di pelayihan untuk jadi anggota Badan Hak Pendidik. Tapi saya lebih dulu masuk jadi hanya menemaninya beberapa bulan. Awalnya memang dia pendiam tapi menggemaskan bagi saya"

"Saya bisa melihat bayangan adik saya di dirinya"

Wah, tidak terasa sudah sampai.

Aku mejelaskan pada mantan jenderal ini soal tempat ini dan segalanya.

Senior langsung berlari kecil keluar gedung.

Aku membangunkan [y/n] pelan agar kepalanya tidak pusing.

Dia keluar begitu mantan jenderalnya itu membuka kan pintu.

"Maaf siapa anda?", dan yah Senior langsung mode protektif.

Memeluk [y/n] yang masih ngantuk dari belakang.

"Oh, ini orang yang anda bicarakan nona?"

"Haha, iya, senior Na Hwajin ini mantan jenderal Wilson Aston. Mantan jenderalnya [y/n] dulu, kami bertemu di makam"

"Senang bertemu dengan anda, Na Hwajin"

"Senang bertemu dengan anda, pak Wilson"

Duh, wajahnya biasa saja dong senior!

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang