××Author POV××
Mari kita mundur sejenak :v
Ngeng :v
Pada penasaran juga :v
Di suatu tempat.
Sebuah pulau yang terisolasi dari dunia.
Bukan karena virus zombie dan lainnya :v
Pulau itu dikenal pulau kematian.
Anak-anak banyak dikirim ke sana dengan banyak faktor.
Ekonomi.
Terlantar.
Tidak diketahui asal usulnya.
"Masukkan anak ini ke tong tersebut"
Anak-anak itu di pilih sebagai senjata terutama anak perempuan.
Tatapan mereka kosong.
Tak dapat membaca maupun menulis.
Apalagi bicara.
Keluar sedikit saja suara saja ajal akan menjemput.
Makanya untuk menghindari itu semua, orang-orang di sini melakukan cuci otak terhadap mereka.
Tong yang mereka maksud adalah gladiator.
Gladiator tertutup tanpa cahaya matahari.
Tanpa udara yang masuk.
Mau anyir dan busuk bangkai adalah pengharum gladiator itu tiap saat.
Pengharum ruangan :v
Seorang anak perempuan dimasukkan belakangan karena sehabis di beri "tanda" pada punggungnya.
Gelap tapi anak itu tahu banyak pasang mata memandangnya.
"Bunuh mereka kalau mau hidup, yang boleh jeluar hanya satu anak"
Pintu tertutup kegelapan yang jelam langsung menyelimuti.
Tujuan hal ini dilakukan untuk mempertajam indera yang ada.
Tanpa diberi makan dan minum.
Oksigen akan menipis.
Cadangan makanan dalam tubuh akan terkuras.
Di situ naluri alamiah untuk bertahan hidup muncul.
Tidak peduli sesama manusia ataupun kawan.
Gadis kecil bertahan selama beberapa hari di dalam gladiator neraka tersebut.
Menghindar.
Membela diri.
Diserang.
Menyerang.
Gerakkan paling cepat di antara yang lain.
Yang bertahan yang menang.
Yang kuat yang menang.
Yang berdiri terakhir adalah pemenang.
Senjata paling kuat dan idaman kelompok tersebut.
Tidak mengeluh.
Tidak menangis.
Menjalankan tugas dengan baik.
Tidak berkhianat.
"Hei, kau sini"
Apa gadis kecil itu bisa berteman?
"Kau punya nama?"
Ada seorang anak perempuan lebih tua sedikit darinya.
"Tidak ya hm..."
Di tangannya selalu ada kertar-kertas yang dijepit tebal.
