«23»

890 217 24
                                    

××Reader POV××

Aku makan dengan anak-anak yang kabur dari rumah bersama Na Hwajin.

Untuk cari informasi.

Sepertinya malam ini kami akan lembur dan tidur di jalanan.

Aku dulu begitu soalnya.

Taoi tidur saja rasanya tak aman.

Na Hwajin sekarang sedang telpon dengan kakak Lim.

"Kakak, juga kabur dari rumah?"

"Saya tidak sedang kabur dari rumah"

"Kakak siapanya paman?"

"Kami rekan kerja"

"Kakak jawabnya seperti robot, datar sekali"

Robot itu apa?

Apa sama seperti yang aku lihat di televisi?

Yang bisa keluar laser dari matanya.

Keren, aku juga mau.

"[Y/n], kau juga kalau mau tambah pesan saja", kata Na Hwajin.

"Aku mau punya mata laser, apa bisa dipesan di sini?"

"Hah? Mata laser?"

"Tidak bisa ya?"

"Maksudku kalau kau mau pesan makanan pesan saja"

"Baik"

Aku tidak bisa punya mata laser ya?

Sepertinya tidak bisa.

"Kakak mau pesan juga?"

"Saya mau ayam pedas dan kaki ayam"

Kata kakak Lim itu bagian terenak.

"Oh, ceker? Ok, ok"

Aku mau coba itu sepertinya enak.

"Fuh, selesai juga akhirnya", Na Hwajin bergabung lagi. "Selamat makan"

"Hwajin apa kita akan lembur?"

"Sepertinya"

"Kita akan tidur di jalan?"

"Kenapa kau berpikir begitu?"

"Aku dulu begitu"

"Wuah...tidak akan kok"

Aku kira akan tidur di jalan.

"Kalian bertiga kenapa bisa kabur dari rumah?"

Satu persatu dari mereka bercerita alasan kenapa mereka kabur dari rumah.

Kata Hwajin, banyak anak remaja yang kabur dan dikumpulkan oleh helper untuk dipekerjakan paksa.

Paling banyak remaja perempuan.

Alasan mereka juga macam-macam.

"Sedari kecil orang tuaku mengabaikanku dan menyiksaku"

"Ibu jadi berbeda sejak ayah meninggalkan kami...aku disiksa dan apa yang dia suruh aku kerjakan tidak perah dihargai"

"Orang tuaku hampir membunuhku"

Kasihan.

"Rasanya..."

"Seperti bukan rumah..."

"Tapi neraka"

Neraka ya. "Sepanjang aku hidup juga, aku berada di neraka bernama perang", gumamku.

📚📚📚

××Author POV××

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang