«35»

722 128 3
                                    

××Author POV××

"Tidak berhasil?"

Di suatu gedung terbengkalai.

Siapa yang menduga di sana terdapat ruangan yang dipakai dan tampak terawat.

Komputer dengan banyak layar.

Alat-alat yang biasa ada di rumah sakit.

Kursi yang terdapat seorang wanita yang diikat kaki dan tangannya di sana.

Dan 2 orang mencurigakan.

"Tak akan...lagi", gumam wanita yang terbelenggu di kursinya. "Aku tidak mau..."

"Tujuan kita belum tercapai"

"Kenapa bisa begini? Sebelumnya tidak begini! Dan kau bilang ini akan terus berhasil!"

Satu orang yang menopang dagu itu memincing.

Senyumnya miring ketika mengambil sebuah benda kecil yang bisanya tersemat di jemari.

Dia menunjukkannya pada seorang lagi.

"Karena...cincin?"

"Lebih tepatnya orang yang memberikannya"

"Dia akhirnya...menikah?"

"Nah, belum, hanya menjalin hubungan sementara"

"Kembalikan..."

Orang yang memegang cincin itu tersenyum penuh arti.

Cincin itu di masukkan ke cairan asam yang kuat hingga meleleh tak berbekas.

Wanita itu terbelalak matanya dan hendak melepas paksa belenggu yang terikat padanya.

"Begitu ya?", orang bermantel hitam itu sepertinya mengerti sesuatu. "Kita hentikan saja"

"Setelah sejauh ini? Sayang kan~"

Orang bermantel hitam tampak berpikir.

"Ini demi kebaikkan banyak orang, kebaikkannya juga"

"Apa harus menggunakan cara yang sama?"

"Ya, kurasa tapi sekarang..."

Orang bersepatu hak tinggi itu menutup mulut wanita di kursi dengan tali.

Tatapan matanya tajam di nalik helaian rambutnya.

"Sepertinya harus pakai cara kasar"

Sengatan listrik mengalir hingga ke kursi.

Menyetrum sang wanita yang mengeluarkan teriakkan tertahan.

"Hentikan"

"Demi tujuan kita"

"Hentikan! Kau menyakitinya!"

"Wah, sekarang kau peduli padanya ya"

"Hentikan kataku! Kita tidak ada bedanya dengan mereka!"

"Ada bedanya tahu~", orang bersepatu hak tinggi meningkatkan voltnya.

"Hentikan!"

Titah terakhir di dengar, aliran listriknya dimatikan.

Wanita di kursi itu tak berkutik.

Kepalanya tertunduk.

Bola matanua tak terlihat kelereng berwarnanya.

Kain penutup mulutnya dilepas, air liurnya menetes ke lantai yang kotor.

Belenggunya dilepas oleh orang yang tadi menyuruhnya berhenti dengan buru-buru.

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang