××Author POV××
Masih masuk flashback :v
"Oh, begitu ya? Ya sudahlah kalau ketahuan"
"Anda tidak marah?"
"Buat apa juga? Umurku akan semakin pendek kalau marah terus"
Misi gagal berarti mati, itu yang sudah ditanamkan sejak dulu di otak perempuan asing ini.
"Aku sudah tahu juga cepat atau lambat pasti bakal ketahuan"
"Anda tidak akan menghukum saya?"
"Hei, hei, di negara yang maju ini tidak akan terjadi hal yang kau bayangkan! Di sini tidak ada hal seperti itu"
"Oh..."
Relung hatinya merasakan sesuatu yang sangat ringan.
Perlahan juga mulai biasa dengan apa yang ada di negara ini.
Sedikit demi sedikit.
"Aku sudah diberitahu pak menteri tentangmu, sungguh itu membuatku kesal!"
"Kenapa anda kesal, nona Lim Halim?"
"Akh! Bisa-bisanya masih ada hal si bengis itu! Di militer itu sudah ilegal! Siapapun yang lakukan akan di penjara!"
"Bengis itu apa? Ilegal itu nama makanan?"
"Kosa katamu masih belum banyak ya"
Ia pun tidak perlu sembunyi tapi masih tetap belajar dari jauh.
Tidak begitu ikut campur dan hanya melihat bagaimana keduanya bekerja.
"Tidak capek apa mondar-mandir?"
"Tidak, ada yang bilang belajar melelahkan tapi bagi saya sangat menyenangkan"
"Pantas saja kau dapat nilai paling tinggi di ujian pegawai negeri, kalau kau sekolah kau sudah pasti populer"
"Na Hwajin, benci belajar?"
"Hahaha! Aku mau tidak mau harus belajar, dunia ini ibarat kelas, manusia ibarat murid, pengalaman adalah guru. Selama kau hidup kau terus belajar, suka maupun tidak"
"Saya tidak mengerti"
"Haha, mau kencan sebentar tidak? Keliling sekolah ini mumpung istirahat"
"Kencan itu apa?"
Ekspresinya yang datar seolah sudah dipahat sejak lahir.
Tak ada ekspresi apapun.
Namun mata tidak bisa berbohong.
"Kau suka?"
"Ini apa?"
"Oh, ini namanya gantungan kunci bisa kau kaitkan di tas atau apapun, seperti ini"
Sorot mata yang tertarik dengan hal baru itu begitu indah.
"Seperti di hidung orang itu ya? Tapi dia tidak ada boneka kecil seperti yang Na Hwajin kasih"
"Hei! Jangan tunjuk orang sembarangan dan berkata aneh! Maaf ya, haha"
Seorang peremluan yang terlihat seperri robot yang baru mempelajari manusia.
Ia beruntung orang-orang di lingkungan barunya melihatnya dengan cara berbeda.
"Tuan Na Hwajin"
"Hm? Sudah kubilang bia--"
"Terima kasih, sudah melihat saya sebagai manusia"
Sinar mata yang menyorot tidak lagi dingin.
Disitu hati seoramg pria berdebar lebih kencang.
📚📚📚
××Na Hwajin POV××
"Turunkan aku"
"Tidak! Kalau kulakukan kau akan menyerahkan diri!"
Sialan! Aku tahu ini akan terjadi!
Tiba-tiba polisi datang pada kami saat masih di lapangan.
[Y/n] dicurigai sebagai pembunuh yang akhir-akhir dirumorkan.
Aku tidak terima! Dia sudah janji"
"Na Hwajin berhenti"
Aku tidak akan serahkan dia.
"Kalau Na Hwajin begini...nanti Na Hwajin juga yang kena"
Kalimatnya membuatku berhenti berlari.
Aku tidak ingin berpikir egois sekarang.
Tapi yang dikatakannya benar.
Aku menurunkannya dari gendonganku.
Dan menatap maniknya yang sangat menyilaukan.
"Rumor iti benar?"
"Iya", dia menjawabnya tanpa ragu. "Segala hal yang terjadi padaku, rekam medik itu, dan hilang ingatanku juga"
Tapi kenapa?
Dia sudah jauh berbed dari dirinya yang dulu.
Pengaruhnya sudah tidak ada.
Siapa yang membuatnya begini?
"Aku harus tanggung jawab, jangan ikuti atau membelaku"
"Kau lakukan demi kami?"
"Iya", jawabanmu selalu tanpa ragu. "Aku tidak ingin kehilangan tempat yang kusebut rumah...lagi"
"[Y/n]..."
"Terima kasih atas segalanya"
Dia berjalan hendak ke depan gerbang sekolah.
Dia berjalan tanpa ragu.
Aku hanya mencuri dengar dari murid lain dan ingin membawanya kabur lewat pagar belakang.
"Kami akan buat kau bebas"
Dia tidak menjawab.
Dia hya berbalik dan tersenyum meski menangis.
Dadaku sakit begitu ia berjalan lagi ke gerbang menghapus air matanya.
Aku lihat polisi sudah mau mengunci gerakkannya dengan kasar.
Namun ia membuang ponsel dan mengangkat tangannya.
Dia berlutut, membiarkan para polisi memborgol dan membawanya pergi.
"Aku harus apa..."
Baik Gayoon maupun [y/n] aku tidak bisa selamatkn.
Aku memungut ponselnya yang layarnya tidak dikunci.
Walllaper hari perayaan setahun badan hak pendidik.
Pak tua itu pasti tidak tinggal diam.
📚📚📚
Hiya kangen ya :v
Hiya hiya hiya :v
Bakal ada kejutan di next chapter
Stay tune aja kiw kiw
