××Author POV××
Marilah awali pagimu dengan...
Bruk!
Terjatuh dari tempat tidurmu dengan cukup keras.
"Aneh"
Walau habis terjatuh dengan keras kau berdiri lagi dengan santainya.
Saat akan melangkah.
Tep!
Kau terjatuh lagi namun bisa kau tahan dengan gaya push up.
Kau pun merangkak meraih kursi di depan meja kerjamu.
Ujung celana tidurmu kau lipat hingga ke lutut.
Terlihat kaki kananmu terbuat dari besi.
Kau pun melepas kaki palsumu, lalu menggerakkannya sedikit.
Kaku dan ada suara berderit di sendi.
Kau pun mengambil peraltan di laci meja kerjamu.
Memperbaikinya agar tidak kaku lagi.
Kau coba lagi, hasilnya sama seperri sebelumnya.
Manikmu menatap ke arah jam weker di mejamu.
Pukul 7 pagi sekarang.
"Kakak sudah beeangkat pasti karena ada urusan mendadak katanya", gumammu.
Ponsel kau ambil dan mencari kontak atasanmu.
Nada sambung terdengar.
[Ya? Langsung ke inrinya sajazkau tahunkita sibuk]
"Saya telat datanga, saya minta maaf"
[...ada apa? Tidak biasanya]
"Kaki palsu saya rusak"
[Astaga, di saat begini? Hah, maaf aku tidak bisa antar, aku beri kontak rumah sakit terpercayaku]
"Baik saya mengerri, saya minta maaf, nanti saya akan datang secepatmya saat sudah selesai pak menteri"
Sambungan langsung diputus sepihak.
Lamgsung saja ada pesan masuk.
Lokasi rumah sakit dan dokternya langsung, janji bertemu saja sudah dibuat dengan cepat.
Dengan satu kaki kau pun bersiap diri menuju ke sana.
Namun pikiranmu masih melayang ke 10 hari lalu.
📚📚📚
"Tidak mau"
"Ya?"
Manik Na Hwajin menatapmu dengan pandangan sulit diartikan.
"Jika aku bilang begitu apa kau akan tetap...pergi?"
"Ya", jawabmu singkat.
"Langsung dijawab begitu"
Atmosfirnya menjadi canggung.
Manikmu masih menatapnya bingung.
"Pak menteri memindahkanku ke investigasi ini"
"Apa? Siapa?", Na Hwajin tidak menyimak.
"Pak Choi Kangseok, memindah tugasku menjadi dalam penyelidikan ini"
"Jangan!"
