××Author POV××
"Informasi apa yang kau dapat?"
Semua orang punya rahasia.
Punya hal yang tidak boleh orang tahu.
Apa yang dilakukan dan bicarakan pun tidak boleh bocor atau dibocorkan.
Pakai saja cat anti bocor :v
Tapi meski begitu ada kan orang yang suka mengusik hal tersebut?
Sampai mengusik hal menyinggung pribadi?
Pasti ada dan itu super menyebalkan bukan?
"Aku membawa yang kau minta"
Termasuk Terecia sendiri.
Dia memberikan buku yang dia sita dari bawahannya dulu.
Buku yang membuat seorang gadis jatuh dalam kendali.
"Eit, tidak semudah itu kau dapatkan", dia tarik lagi buku tersebut.
Lawan bicaranya mendengus kesal lalu menjetikkan jarinya.
Koper tergeletak di meja dan menampilkan isinya.
Terecia menyeringai di balik kegelapan padahal hari terang. "Aku hanya ingin bilang hati-hati", dia mengambil koper itu dan menyerahkan buku yang dipegangnya. "Dia senjata terbaik yang tersisa"
"Kau seperti tidak mengenalku"
"Fufu, dia senjata kesayangan kami sih. Perlakukan dia dengan baik ya"
Wanita itu baru merasakan terangnya matahari saat keluar dari ruangan dan gang sempit.
Dia menatap koper yang dibawanya.
Kepalanya menengadah menatap cakrawala. "Fufu, hari yang cerah"
Apa yang dilakukannya hari ini tidak ada yang tahu termasuk anggota keluarganya sendiri.
Rencana apa yang dia rancang di kepalanya hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Dan author :v
📚📚📚
××Reader POV××
Aku dimarahi pak menteri lagi.
Gara-gara tindakanku yang sampai mencelakai diri.
Sementara aku kerja di kantor badan hak pendidik.
Salahku juga tidak mau mendengar Na Hwajin dulu.
Kerjaanku sudah selesai dan aku boleh pulang.
"[Y/n]~"
"Sersan?"
Tumben kemari? Beberapa waktu beliau tidak kemari katanya beliau ditugaskan beda kota.
"Makan bareng yuk~"
"Baik"
"Mau makan apa? Aku dengsr kau dimarahi si tua itu ya? Kenapa? Beraninya memarahi anak manisku~"
"Saya bertindak sendiri"
"Ah, begitu ya...sudah! Sudah! Jangan lesu begitu! Ayo makan!"
Aku mengikuti beliau dari belakang.
Lesu? Tapi aku sehat kok.