××Reader POV××
Oh, ini yang namanya penjara anak-anak?
Aku pernah sepertinya ke tempat macam ini.
Untuk membebaskan orang.
"[Y/n], apa kau tahu kenapa anak-anak ini dipenjara?"
"Diculik dan dipaksa kerja rodi untuk kepuasan pemimpin negara"
"Tetot! Salah!", salah ya? "Bukan karena hal itu kok, tapi mereka melanggar hukum undang-undang yang ada di negara ini"
"Apa mereka akan dipaksa bertarung dan saling bunuh?"
"Hei, tidak seperti itu", Na Hwajin menepuk kedua pundakku. "Di sini bukan gladiator, aku tahu kau belum terbiasa dengan negara ini. Di sini kami mendidik mereka agar saat kelusr nanti mereka jera"
"Seperti kalau makan tidak habis bakal di pukul?"
"Err...nggak begitu juga, kepala penjara memintamu ke ruangannya kan? Coba tanya ke beliau ya, aku tunggu di sini"
"Saya mengerti"
Aku sudah kemari tapi cuma diajak keliling jadi kurang mengerti prosedur dan tata tertib di sini.
Nama tahanan juga belum kuingat semua.
Aku diminta mengawasi di penjara lelaki dan perempuan bergantian.
"[Y/n], kalau berdua saja denganku tidak perlu terlalu formal. Casual saja, biasa begitu, santai 'aku-kamu' atau 'aku-kau' begitu, mengerti?"
"Sa--"
"Aku tidak dengar apapun lalala"
"Aku mengerti"
"Nah! Gitu dong! Nanti aku traktir makan siang! Dah! Kangen ya? Awas tidak kangen"
Aku menurunkan tanganku secepatnya, aku masih belum biasa dengan hidup normal bukan militer.
Kebiasaanku ini sudah tertanam sejak aku kecil.
"Maaf...", aku akan lebih menahan diriku.
"Tidak apa", orang ini mengelus kepalaku seperti komandan. "Pelan-pelan saja jangan terburu-buru"
Bayangan komandan ada padanya...sekilas.
"Lakukan tugasmu kadet"
"Siap!"
Ah, tidak apa aku kan aku lakukan hormat begini?
"Ketahuilah sikapmu manis [y/n], sudah ya? Kalau perlu apa-apa minta kepala penjara hubungi aku"
Manis?
Tapi aku bukan gula atau manisan yang bisa dimakan.
📚📚📚
××Author POV××
Masing-masing saling memunggungi karena jalan berbeda arah.
Muka pria bernama Na Hwajin memerah padan dengan senyum tidak lepas dari wajahnya.
"Aku tidak terlihat terlalu menggodanya kan?", tanyanya pada sipir.
"Iya", jawab sipir dengan jujur.
"Jujur sekali kau...lalu saat dia keliling ke sini bersama pak tua itu bagaimana? Ada masalah?"
"Tidak pak, bahkan saat pertama lihat denah di depan dia sudah hafal sampai ke detailnya"
"Wah, mengejutkan"
"Jam olahraga atau istirahat dan bebas dia sering bertanya ke para tahanan"
"Tanya apa?"
"Cuma tanya kenapa mereka bisa di sini"
Na Hwajin beroh ria merasa bangga.
"Orangnya rajin, dia bahkan jadi akrab dengan mereka"
"Wah, tidak kusangka"
Sementara dirimu :v
Berjalan menyusuri lorong.
Sedikit membungkuk pada setiap sipir yang melewati untuk membiasakan budaya di sini.
Pintu besar kau ketuk tiga kali bersamaan dengan seornag sipir yang mengantarmu.
Jawaban di dapat dari dalam.
"Oh, sudah datang ya", ujar orang di dalam begitu pintunya dibuka. "Silakan duduk"
"Saya ke sini atas perinta tu...pak Na Hwajin"
"Iya, saya tahu", kepala penjara itu berbisik pada bawahannya untuk membuatkan minum untukmu dan membawa camilan. "Hm, langsung saja tidak apa ya? Ini buku tentang semua prosedur dan tempat ini juga dengan penjara perempuan"
"Baik, terima kasih"
"Baca dulu yang itu, saya akan cari dokumen tnetang semua tahanan di sini"
"Boleh saya bantu?"
"Ah, tidak usah, anda tamu terhormat saya, duduk saja dengan nyaman sambil membaca buku itu"
"Dimengerti"
Manikmu fokus pada tiap lembar di buku tersebut.
Tiap kata.
Tiap kalimat.
Dibaca dengan cepat dan diingat.
Lembar demi lembar berganti.
"Jadi seperti itu", gumammu. "Di sini pun...meski dikurung tahanan masih bisa bebas dan tidak disiksa"
Manikmu beralih ke arah jendela keluar.
Rasanya seperti mimpi saja.
Hidup damai dan bebas seperti ini.
Meski ada aturan yang harus ditaati namun itu tidak menimbulkan pertumpahan darah.
"Eh!? Sudah?!"
Kau pun kembali ke dunia nyata sehabis melamun. "Saya sudah selesai"
"Ce-cepatnya! Ehem! Ini semua dokumen dari sebulan lalu sampai hari sekarang untuk para tahanan yang masih ada di sini"
"Baik, terima kasih"
"I-istirahat dulu tidak apa, anda pasti lelah perjalanan ke sini"
"Saya belum lelah"
Dalam hatimu, kau bersyukur bisa kemari.