«39»

509 85 1
                                    

××Author POV××

Suasana canggung tampak di sebuah kamar rumah sakit.

Seorang remaja tanggung dan wanita yang sedang asyik mengupas apel.

Suasana canggung karena remaja ini tahu situasi perempuan tersebut.

Hilang ingatan.

Anak remaja lelaki itu mengenalnya tapi wanita itu tidak ingat.

"Apel?"

"Te-terima kasih"

"Ada lagi?"

Keduanya saling tatap.

Benar-benar hilang sama sekali ya, batin remaja tersebut sambil melahao apel berbentuk kelinci.

Jika kalian kira yang seperti di anime atau komik bentuknya, kalian salah.

Bentuk apelnya memang seperti kelinci hidup.

"Ah, kak! Jangan makan kulitnya!"

"Tentara dilarang menyisakan makanan"

"Kakak bukan lagi prajurit!"

Wanita itu tersentak.

Sedetik tadi kepalanya berdenyut sakit dan sekelebat memori numpang lewat.

Seseorang seperti pernah mengatakannya padanya.

"Maafkan saya...", wanita ity memasukkan kulit apel ke tas plastik hitam sampah.

Remaja itu sudah dipesan hal tersebut oleh orang sebelumnya yang menitipkan wanita tersebut.

"Judi enak?", tanya wanita itu menatap lurus sang pemuda.

"Kakak jadi beda ya", ujar Jang Kwonhyuk yang muka dan tangannya terbalut perban. "Tidak, meski memang bisa dapat uang banyak secara cepat tapi resiko yang diambil lebih besar. Seperti berhutang"

"Bagai lingkaran setan", jelas wanita tersebut. "Saya terakhir bermain Russian roulette"

"Hah!? Sungguh!? Aku dengar itu taruhannya nyawa!"

"Benar, setiap penjudi punya triknya sendiri untuk menang. Kebanyakan mereka curang, saya menang waktu itu dan..."

Jemari membentuk pistol. "Dor", ujarnya dengan datar.

Pemuda itu menelan ludahnya.

"Judi biasanya dikelola mafia untuk keuntungan mereka. Bar, casino, prostitusi, semua itu bisnis mafia yang memabukkan. Bagai Russian roulete, taruhannya nyawa jika tidak bisa bayar"

"Begitu..."

"Kasus kali ini pun begitu, untunglah Jang Kwonhyuk tidak sampai terseret. Anda benar-benar sudah berubah dan jadi anak baik ya"

Perkataannya tersebut membuat pemuda itu tersipu malu.

Tapi dia menyadari sesuatu. "Kakak ingat aku?"

Kalimat terakhir membuatnya yakin akan pertanyaannya itu.

"Kakak tadi bilang aku sudah benar-benar berubah dan jadi anak baik, berarti kakak ingat aku yang dulu bagaimana kan?"

Manik wanita itu melebar sedikit, lalu memegang kepalanya.

Rasa familiar.

"Yah meski kita bertemu dengan buruk sih, tapi kita akrab lho kak. Aku terkejut ketika dengar kakak amnesia"

Tanganmu merogoh isi tasmu.

Sebuah buku tebal.

"Ini buku diary yang saya bahkan tidak yakin jika itu saya yang tulis", ujarnya. "Semua ingatan yang anda katakan ada di sini"

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang