«42»

313 62 0
                                    

+Author POV+

Hai :v

Awali book ini setelah sekian lama dengan :v

"[Y/n]! [Y/n]! Hentikan!"

"SAKIT! SAKIT!"

Kepanikan :v

Lim Halim dibuat panik karena dirimu terus menyakiti diri sendiri dan berteriak.

Kepala dan dadamu terus kau pukul keras.

Lim Halim berusaha menghentikanmu untuk tidak melakukannya.

Namun terus gagal.

Dia sudah menelpon orang yang diyakini bisa menghentikanmu.

"[Y/N]! SADAR INI AKU LIM HALIM! LIHAT AKU!"

Usaha apapun pasti wanita bersurai merah itu akan terpental.

Tapi ia tidak menyerah sekalioun dirinya sendiri babak belur.

Sejak bangun dari tidurnya sudah begini.

Suara pintu didobrak dengan tidak santai terdengar.

Lim Halim tidak khawatir sama sekali karena ia tahu siapa yang datang.

Orang yang ia mintai kemari.

Teriakmu makin histeris dan suara derap kaki terburu-buru pun terdengar.

"Senior!"

Tanpa basa basi orang yang datang drngan tidak santai itu menangkup wajah orang yang seperti kerasukan itu.

Manikmu basah drngan air mata entah apa yang dilihatmu.

Tanganmu yang berhasil dikunci oleh Lim Halim tak bisa berbuat apapun, kakimu pun begitu.

Na Hwajin tahu apa yang akan kau lakukan setelah ini.

Ia menyumpal mulutmu dengan jasnya agar lidahmu tidak tergigit.

Suntik penenang disuntikan di lehermu.

Kenapa suntik penenang?

Lim Halim sudah mencoba membuatmu pingsan tapi tidak berhasil.

Lamban laun kesadaranmu mulai memudar.

Dan langsung jatuh tak sadarkan diri.

"Hah, terima kasih senior"

"Kenapa bisa begini?"

"Aku sendiri tidak tahu, saat aku mau memanggilnya untuk sarapan dia sudah begini. Bahkan..."

Arah mata keduanya mengarah ke kaki palsu yang hancur dan pevahannya ada bercak darah.

"Aku akan obati dia baru memanggil dokter, aku memanggil senior duku daripada medis karena aku tidak mau ada korban"

"Biar aku yang hubungi"

Na Hwajin keluar dengan perasaan kacau.

Ia melihat sekitar kamar itu sekilas.

Sama seperti perasaannya kali ini.

Ada beberapa bercak darah juga di tembok dan meja.

Entah sekacau apa kejadian sebelum dia datang.

Entah keadaan seperti apa yang dihadapi wanita bersurai merah itu tadi.

Dadanya serasa sesak memikirkan apa yang terjadi sebelum dia datang.

Ia memukul dadanya beberapa kali karena menyakitkan rasanya.

Suaranya bergetar ketika menelpon dokter yang menangani orang yang ia bius tadi.

"Senior tidak apa?"

"Bagaimana keadaannya?"

"Ada luka yang harus dijahit tadi, di kakinya..."

"Selain itu luka ringan?"

"Iya, apa lebih baik dibawa ke rumah sakit?"

"Tidak perlu..."

"Ke-!"

BRAK!

Keduanya buru-buru ke kamar tadi ketika mendengar suara keras.

"[Y/N]!"

Keduanya terbelalak ketika mendapati wanita tergeletak bersimbah darah dengan pecahan kaca menancap di perutnya.

Menusuk diri sendiri.

"Jangan!", Na Hwajin menahan tangan mungil itu yang akan menusuk lebih dalan lagi. "Hei, hei! Hetikan!"

"Dowa jwoyo (tolomg aku)..."

📚📚📚

«Na Hwajin POV»

Apa yang terjadi sebenarnya?

Kukira obat biusnya bekerja, sepertinya hanya sebentar saja bekerja.

"Na Hwajin..."

"Bagaimana keadaanmu?"

Setelah kejadian bagai kerasukan tadi dia jadi tenang.

"

Hei, hei, jangan menangis, tenanglah, semua sudah baik-baik saja"

Dia menangis lagi. "Apa aku menyakitimu?"

"Tidak sama sekali tidak"

"Kakak Lim?"

"Tidak kok, dia sedang urus soal ini...kau ingat semua yang kau lakukan?"

"Iya...semuanya...dari berawal aku disiksa sampai aku...aku..."

"Sst, tidak apa, semua itu sudah berlalu"

Semua ingatan yang sudah ia lupakan dan kubur dalam-dalam bangkit lagi.

Pasti menyakitkan.

Ingatan yang suram dan gelap.

"Aku takut...aku takut membunuh orang lagi..."

"Itu tidak akan terjadi selama kau di sini itu tidak akan terjadi"

"[Y/n]!"

Orang paling tidak aku inginkan kemari akhirnya datang.

"Sersan..."

"Ada a-"

"PERGI! PERGI! JANGAN SAKITI AKU LAGI!"

"Apa yang kau katakan? Ini a--"

"PERGI!"

"[Y/n] tenanglah!", aku menahannya melempar penyangga infusnya itu. "Tolong pergilah, kalian berdua"

Sudah kuduga pasti ada sesuatu di antara mereka.

Sebelumnya [y/n] mengatakan jenderalnya kali ini sersannya.

Pasti ada sesuatu.

Dia memelukku begitu erat dan ketakutan.

Karena dia lama di sini sisi kemanusiaannya menjadi muncul.

Atau pengaruh cuci otak itu hilang sepenuhnya.

"Sudah, sudah tidak apa, mereka sudah pergi"

Akan aku hajar mereka.

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang