«18»

1.2K 274 22
                                    

××Author POV××

Langit malam cerah.

Bising penuh suara anjing melolong menghadap rembulan.

Ah, mungkin iya, mungkin juga tidak ke sang rembulan.

Mungkin saja ke arah seseorang yang berdiri di puncak tiang listrik.

Uchiha Itachi!? Bukan :v

Seorang gadis yang berdiri di sana menatap bulan yang tampak besar di tengah malam yang larut.

Maniknya tak henti menatap sang rembulan.

"Apa itu? Orang?"

Dalam gelapnya gadis itu tak terlihat jelas wajahnya.

Hanya siluetnya.

"Hei! Sedang apa disitu!?"

Gadis itu langsung pergi dengan sekejap mata membuat polisi patroli terkejut bukan main.

Menghilang begitu saja.

"Se...SETAN!!!"

Bukan pak, itu ninja :v//plak

Itu cuma manusia gabut :v

Gadis itu bersembunyi di kegelapan.

"Hampir saja", bisikmu.

Ini sudah ke 140 kali yang artinya sudah 140 malam kau keluar malam-malam dan sekedar jalan tidak tentu arah.

Apa Lim Halim tahu? Tidak :v

Tidak pernah ketahuan sama sekali.

Kenapa melakukan hal ini?

Simple, karena tidak bisa tidur :v

Meski tidak ketahuan banyak rumor beredar.

Jika ada seorang ninja :v

Setelah puas menikmati rembulan biasanya dirimu ke pantai.

Sekedar duduk di pantai menatap laut.

Kalau lapar tinggal ke minimarket 24 jam dan diam di sana cukup lama.

Kembali ke rumah sebelum matahari terbit.

Lelah? Pasti, tapi tidak kau rasakan.

Matahari terbit, itulah saat kau beracting seakan tidak terjadi apa-apa.

Tapi berbeda kali ini.

"Keringatmu dingin [y/n]!", seru Lim Halim setelah mendapatimu sehabis muntah dari subuh. "Ke klinik ya? Kamu demam tapi keringatmu dingin"

"Aku tidak apa, kakak"

Pagi-pagi terus masuk angin :v

"Kamu kenapa lagi? Ada masalah? Ayo bilang ke kakak ini", bujuk Lim Halim.

Manikmu menatap lurus kakakmu. "Aku tidak bisa tidur"

"Apa!? Sejak kapan!? Kamu mimpi buruk?"

Kepalamu tergeleng. "Aku tidak tahu, aku hanya tidak bisa melupakan suatu kejadian"

"Eh? Suatu kejadian apa itu?", heran Lim Halim penasaran.

Jemari lentikmu menyentuh bibirmu. "Hwa-"

Bruk.

Kau ambruk tertidur sebelum bilang yang sebenarnya.

"[Y/n]?! Hei! Bangun! Ya ampun dia tidak tidur selama apa!?"

"Wazawazawaza", dengkurmu.

"Waza?"

📚📚📚

××Reader POV××

Ruangan putih tidak dikenal.

Infus.

Ini rumah sakit.

Aku cabut selang infusnya paksa.

Berdarah sedikit bukan masalah.

Tidak ada siapa pun.

Aku memutuskan untuk pulang.

Ah, tapi biaya rumah sakitnya bagaimana?

Bilabg ke pak menteri saja apa boleh?

Aku keluar ruangan putih itu.

Apa kakak--

"[Y/n]?"

Aku menoleh karena ada yang panggil. "Na Hwajin?"

Yah, makanannya jadi sayang karena jatuh dari tangannya sebagai ganti dia memelukku.

Aku bingung harus bagaimana menanggapi ini.

Seperti waktu itu.

Aku akan memeluknya tapi dia melepasku.

"Kau tidak apa?", katanya raut wajahnya khawatir.

"Iya, setalah istirahat tadi"

"Sungguh? Tidak mual? Muntah? Pusing? Demam?"

Aku mengelengkan kepalaku, tubuhku rasanya ringan setelah tidur nyenyak tadi. "Kakak Lim mana?"

"Kau ngapain sih sampai tidak tidur? Aku khawatir sekali tahu"

"Aku tidak bisa tidur"

"Kenapa?"

"Karenamu"

"Kok sama!?"

Aku menatapnya bingung.

Maksudnya sama gimana?

Oh, kalau diperhatikan kantung matanya tebal juga.

Dia menenggelamkan kepalanya ke bahuku.

Apa dia baik-baik saja?

"Hwajin, baik-baik saja?"

Cuma diam saja.

Aku harus apa?

Peluk balik tidak apa kan?

Aku peluk balik dan menepuk punggungnya.

Dia semakin erat memelukku.

Aku tidur cuma sehari kan?

Tubuhnya gemetar, apa dia lapar?

"Aku pikir akan kehilangan lagi", bisiknya bisa kudengar.

"Aku di sini"

"Jangan menguping"

"Kedengaran"

"Pekamu terlalu, tapi peka perasaan tidak"

"Ya?"

"Bukan apa-apa"

Na Hwajin jadi aneh.

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang