«41»

404 67 1
                                    

××Reader POV××

Aku ingin menemui Na Hwajin setelah aku memberitahu buku harianku yang lain pada kakak Lim.

Kakak Lim bilang, tanya saja pada Na Hwajin biar jelas.

Ada hal yang tidak kumengerti.

"Na Hwajin"

"Oh, ada apa? Perlu bantuan?"

Aku memberinya buku harianku yang bersampul merah. "Halaman yang aku beri tali pembatas"

Dia membukanya dan membacanya.

"Apa itu *pip*? Aku melakukannya denganmu saat tugas, apa tidak melanggsr kode etik? Lalu di sana ditulis kau *pip* lalu aku juga *pip* lalu kita--"

"Ssh!", dia menutup mulutku. "Jangan keras-keras bicarakan itu"

"Kenapa?"

"Ka-karena itu privasi"

"Begitukah? Tapi kakak Lim suruh aku tanya padamu setelah cerita itu"

"Apa!? Siapa lagi yang tahu!?"

"Na Hwajin, aku, dan kakak Lim tadinya mau aku tanya pada pak menteri--"

"Jangan!"

Kenapa mukanya merah?

Demam ya?

Tapi dahinya hangat, tidak panas.

"Sungguh kenapa kau ceritakan pada yang lain? Lim Halim bagaimana tanggapannya?"

"Dia bilang, aku pernah cerita padanya dulu jadi tidak apa tapi kesal katanya dia mau diskusi dengan Na Hwajin begitu"

"Astaga sayang"

"Na Hwajin mau mie pedas? Aku juga mau"

"Itu samyang! Hah~"

Mukanya biasanya suram tapi ini lebih suram.

"Pindah tempat yuk"

"Tidak mau"

"Lho kenapa?!"

"Kata kakak Lim, kalau Na Hwajin bilang begitu setelah kutunjukan buku itu pasti mau mengajakku ke tempat se--"

"Ssh! Haduh bukan! Cafe dekat kantor maksudku"

"Oh, hahihah(baiklah)"

📚📚📚

××Na Hwajin POV××

Bisa-bisanya dia cerita soal main rumah-rumahan di desa itu!

Aku bisa bayangkan wajah polos dan tenangnya saat cerita ke Lim Halim.

Sungguh kepolosannya bikin aku jedag jedug!

"Cukup manis?"

"Enak"

Seleranya tidak berubah.

Dia tidak suka kopi.

"Mau coba ini?"

(Muka reader alias kalian :v)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Muka reader alias kalian :v)

Mukamu kenapa jadi memeable sih.

"Bersih, tidak ada racun atau apapun itu"

"Ini enak?"

"Banget"

Apa dia masih benci kopi atau tidak?

Siapa yang tahu kan?

"Pahit!"

"Hahaha! Dasar anak kecil!"

M

asih sama.

Ah, perasaan tersiksa apa ini?

Author, kau suka sekali menyiksaku ya?//author: kamu nanya :v

Cih, dasar.

Haha, imutnya saat dia menyedot setengah gelas minuman manisnya itu. "Kenapa Na Hwajin bisa minum itu? Rasanya pahit seperti sianida"

"Emang pernah?"

"Kata orang, dulu aku pernah kena kukit. Mau lihat? Ada di si--"

"A-aku sudah lihat!", astaga kepolosannya kelewatan!

Hampir saja dia buka kancing bajunya.

"Benar juga, kita kan sudah--"

"Aahm~ enak kan kuenya?", aku terpaksa menyuapinya kue dengan suapan besar.

Duh, hampir saja.

Padahal kami sendiri sudah mencuri perhatian.

"Sebebtar lagi perayaan setahun badan hak pendidik bukan?"

"Iya, aku saja tidak sadar sudah setahun"

"Setahun ya...setahun apa yang kita lakukan?"

Ditanya begitu. "Banyak hal"

Aku tidak visa cerita semuanya.

Memori-memori indah dan pahit terlintas di benakku.

Banyak sekali.

Dan kau lupakan begitu saja bagai meniup debu.

Tinggal hitung hari, dia akan melupakanku lagi.

Tidak ada kemajuan ya...

"Akhir-akhir ini sebenarnya ada yang membuatku bingung"

"Tentang apa?"

"Ingatanku...kembali beberapa bagai potongan puzzle"

"Sungguh?"

Ada harapan?

"Semua tumpang tindih membuat kepalaku pusing...ada ingatan yang aku sendiri ragu"

Aku mulai mendekatkan perekam suara padanya.

Dia tidak keberatan sekalipun.

"Na Hwajin ingat ketika kau bertanya leher dan tanganku seperti habis diikat?"

"Ada apa dengan itu?"

Ekspresinya yang datar berubah takut. "Samar tapi...ada seseorang yang mengikatku pada kursi setiap malam bukan kakak Lim"

"Siapa?"

Dia terlihat ragu mengatakannya. "Awalnya wajahnya samar...ada 2 orang"

"Katakan tidak apa"

Tangannya gemetar.

Ia sangat takut dengan orang ini.

Siapa si brengsek yang berani lakukan hal ini?

"Tubuhku sakit dan orang yang paling jelas mukanya ini...membuatku ragu"

"Katakan saja, ada aku di sini"

"Jangan marah padanya, aku mohon...kau pasti akan melakukan apapun jika menyangkut aku kan?"

Ingatannya kembali.

Aku bisa tahu mana yang dia maksud itu.

Tentang resignku yang dirobek si tua bangka.

"Jenderal..Wilson"

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang