××Author POV××
"Cie habis kencan~"
"Uhum, cuma kebetulan saja waktu itu"
Apa yang membuat Lim Halim menjahili seniornya di siang ini?
Karena ia tidak sengaja melihat sebiornya dan rekannya bersama berdua saja.
"Cuma kebetulan hm~"
"Kerja, ayo kerja!"
"Hoho~ malu dia"
Mengerjakan laporan setelah jam makan siang di ruangan merekandi kantor.
Menyibukkan diri adalah cara terbaik untuk melupakan sesuatu.
Tergantung setiap orang bagaimana caranya.
Di kantor kementrian pendidikan ini misalnya.
Semua orang sibuk.
Terutama dirimu.
"Halo?"
Menerima telepon misterius.
[Ah, benar nomormu ternyata]
Tanganmu gemetar ketika mendengar suara dari seberang.
"Sersan..."
[Masih menganaliku rupanya, lama tidak bertemu ya]
Kau hanya diam, matamu serasa panas.
[Aku dengar sekarang kau ada di kementrian pendidikan ya? Wah, hebat! Aku dengar dari Kangseok, sekarang aku dengannya mau bertemu denganmu]
Tanpa pikir panjang kau lari keluar ruanganmu tanpa memutus sambungan telpon.
Lari sepanjang lorong yang ada.
Suara disambungan telepon sebagai petunjukmu harus ke mana kau berlari.
Ujung anak tangga lantai 4.
"Sersan!", serumu.
Orang yang kau panggil sersan itu tersenyum. "Wah, kau berubah ya"
Kau berlari dan melompat berhambur memeluk orang tersebut.
"Aduh, anak ini sekarang cengeng ya"
Apa hal ini tidak ada yang lihat?
Selain Choi Kangseok adalagi orang dalam ruangan yang lihat.
Siapa lagi kalau bukan Na Hwajin dan Lim Halim :v
"Kenalan [y/n]? Eh, tapi dia panggil sersan tadi"
Panas pak :v?
📚📚📚
××Reader POV××
"Minum dulu"
Aku tidak menyangka berteku dengan sersan Terecia.
"[Y/n] berubah ya, aku senang melihatmu"
"Sa-saya juga hik"
"Haha, cengeng ya sekarang, bagaimana di sini?"
"Ingatan saya kembali"
"Eh, sungguh?"
"Saya tidak suka"
"Anak malang"
Selain komandan yang memperlakukanku berbeda ialah sersan.
Beliau tidak melihatku sebagai senjata melainkan sebagai manusia.
Beliau dna komandan selalu bersikeras agar aku tidak ikut perang dan berusaha membuatku kabur dari perang.
Tapi semua usaha mereka sia-sia.
"Hei, kenapa kau seolah tidak ada orang di pihakmu?"
"Kapten datang ke makam komandan"
"Perempuan itu?"
"Dia bilang, aku tidak bolehke makam komandan dan..."
Aku menjijikan karena bersikap seolah manusia.
Aku ini manusia.
"Aku tidak pernah menyalahkanmu atas kematiannya, aku juga di sana membantumu meski yah...", beliau memperlihatkan tangan palsunya. "Aku jadi begini"
"Kenapa...anda baik dengan saya?"
"Anak ini masih begini ya, sini tante cium"
"Jangan sentuh!"
"Hwajin?"
Kenapa ada di sini?
Bukannya dia ada tugas lain?
Aku diseretnya sampai kepalaku membenrur dadany.
Keras.
"Oh~ [y/n] sekarang punya pacar ya"
"Pacar itu apa? Acar jenis baru?"
"Si-siapa yang pacar hah!?"
Kenapa jadi begini?
Detak jantung Hawajin juga berbeda, ini detak jantung orang marah.
Kenapa dia marah?
"Oh, begitu, hm! Hm! Aku mengerti!", mengerti apa sersan? "Oi, bocah! Aku sudah bersuami lagi, anak sambungku 2 dan 1 anak kandung dari suami baruku"
"Hah? Lelaki mana--"
"Hwajin, sersan itu perempuan"
"Eh?", ekspresinya mirip pokemon pink. "Perempuan?"
Aku mengangguk.
Sersan hanya tertawa sambil menepuk bahu Hwajin. "Ya ampun bocah ini! Hahaha!", lalu pergi. "[Y/n], nanti kita makan malam bareng yuk! Sudah lama tidak bertemu, dadah!"
Aku hanya melambai pada beliau.
Na Hwajin tidak berkutik.
Apa dia pingsan?
"Anu Hwajin, pingsan?"
