«30»

796 171 3
                                    

××Reader POV××

"Anda tidak punya pekerjaan ya?"

"Oh, punya dong kan saya anggota badan hak pendidik pak"

Aku cuma menerima undangan dari kakak komandan untuk ke rumahnya.

Tapi kenapa Na Hwajin juga ikut?

Waktu aku bilang hari libur akan kemari Na Hwajin minta ikut.

Pengganti kakak Lim katanya.

Jenderal tinggal di apartemen kecil, tidak seperti beliau saja.

Beliau kan suka yang mewah.

"Kau jadi miskin ya sekarang hei jenderal sombong"

"Hidup sederhana bagus juga ternyata"

"Hm~ bilang saja kau bang--"

Aku memukul punggung Na Hwajin dengan pelan tapi dia hampir terjungkal ke depan.

"Kenapa kau memukulku [y/n]!?"

"Kata kakak Lim, kalau Na Hwajin mulai nadanya seperti tadi aku disuruh pukul"

"Haish, ada-ada saja"

"Sakit?"

"Sakitnya tuh di sini~"

"Aku kan pukul punggung kenapa yang sakit jantung?"

"Uhh, imutnya!"

Aku tidak mengerti.

"[Y/n] mau minum apa?"

"Saya--"

"Samakan saja deganku pak! Kopi!"

"Yang aku tanya itu [y/n] bukan kau"

"Aku kan hanya mewakilkannya~ [y/n] usap kepalaku dong~"

Aku melakukan seperti yang dikatakan. "Na Hwajin sedih?"

"Iya~ ada pak tua galak di depanku~"

"Jenderal tidak galak seperti anjing kok"

Na Hwajin aneh sekali sekarang.

Aku melihat sekeliling unit ini, tampak minimalis sekali bsrangnya.

Khas jenderal berbeda dengan komandan yang suka mengoleksi banyak hal.

Ada foto keluarga jenderal.

Foto dari masa lalu cuma sedikit.

Na Hwajin bangkit dan ke dapur sepertinya mau membantu jenderal.

Mataku berkeliling lagi.

📚📚📚

××Author POV××

Manikmu terpaku pada sebuah foto.

Sebuah foto yang membuatmu nostalgia.

Foto dengan tiga orang termasuk dirimu di sana bersama kedua pria bermarga Astonm

Foto saat kau pertama kali datang ke kehidupan mereka.

Tangan kecilmu mengambil foto berbingkai cokelat itu dari atas televisi.

Melihat 3 orang di sana.

Tanpa sadar tangan kananmu mengusap kaca penghalang foto tersebut tepat di wajah komandanmu.

Manikmu menatap datar tapi tersirat kerinduan di dalamnya.

Na Hwajin yang entah sejak kapan sudah berjongkok di depanmu menyisir rambutmu ke belakang telinga.

Membuatmu mendongakkan kepalamu untuk menatapnya.

"Kau tidak apa?", tanyanya sambil mengusap pipimu.

Kepalamu terangguk.

"Benar tidak apa?"

"Iya, hanya...randu?"

"Rindu, itu wajar saja kok"

Bibirmu tersenyum tipis di hadapannya. "Aku tidak apa karena ada Na Hwajin"

Cie salting si bapak :v

Wilson melihat interaksimu dengan Na Hwajin.

Dia tadinya sempat bingung karena tiba-tiba Na Hwajin meninggalkannya sendiri di dapur.

Dia bernafas lega.

Wilson sempat berpikir apa jadinya saat mantan senjata hidup itu tanpa tuannya?

Ternyata dia baik-baik saja William, hatinya kini tenang rasanya.

Ia meletakkan tiga cangkir berisi minuman hangat.

Dua kopi dan satu cokelat panas.

Juga kue kering.

Foto tersebut kau kembalikan ke tempat semula.

"Sampai sekarang aku...", Wilson menangkup cangkirnya. "Juga masi merindukannya"

Manikmu menatap jenderal di depanmu.

"Bagaimana pun...sebenci apapun aku padanya dia masih adikku, terkadang aku tidak percaya kalau dia sudah tiada"

Kau melepas kalung yang selalu kau pakai. "Ini punya komandan", katamu menyodorkannya ke Wilson. "Saya rasa anda harus memilikinya"

Wilson melihat kalung iti.

Nama adiknya terukir disana.

Dia tersenyum dan mengembalikannya padamu. "Aku yakin ini untukmu bukan untukku, dia pasti memberikannya padamu"

"Seharusnya saya yang--"

"[Y/n]", Na Hwajin menyelamu. "Jangan katakan lagi, dia membiarkanmu hidup karena dia ingin kau bebas walau nyawa taruhannya. Sampai seperti itu dia berkorban demi kebebasanmu"

Liontin klung kau tatap.

"Aku tahu bagaimana adikku itu, William sangat ingin kau bahagia"

Kalung itu kau remas erat.

Memakainya lagi di lehermu.

"Terkadang rasanya tidak adil...", gumammu.

"Hidup memang tidak adil", kata Wilson samhil menyesap kopinya. "Ayo diminum, aku mengundangmu untuk mengobrol santai malah jadi sendu"

Kepalamu terangguk dan mekinum cokelat panas. "Enak..."

"Syukurlah kalau kau suka"

"Apa ini!? Pahit!"

"Salahmu sendiri tidak menambahkan gula Na Hwajin"

"Kau sengaja ya Wilson!"

"Ngomong-ngomong kalian dekat ya, sudah sampai mana?", Wilson menopamg dagunya dengan kedua tangannya.

"Sampai tidur bersama", jawabmu santai sambil memakan kue kering.

Seketika Na Hwajin keringat dingin.

Hayo lho pak :v

"Oh~ ternyata badan hak pendidik ada yang bejat ya~", Wilson "tersenyum".

"Ka-kau salah paham! Bukan yang seperti itu! Ka-kami hanya--"

"Hwajin kan tidur sambil memelukku"

"Oh~ sampai mana lagi?"

"[Y/n] jangan bikin salah paham!"

"Kan benar"

"I-itu tidak sengaja!"

DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang