Bagian 6. Dia Kalka-ku

1.1K 196 10
                                    

            Sejak mendengar cerita Kalka, aku jadi makin posesif terhadapnya. Aku nggak suka ketika ada orang yang menyakiti Kalka. Karena itu sama saja dengan melukaiku. Aku nggak akan pernah mau melepaskan Kalka. Meski orang lain suatu saat nanti mencela. Aku lebih egois. Aku nggak mau Kalka dengan orang lain. Tapi aku nggak peduli kalau suatu hari nanti dia terluka karena itu.

"Milo..." Kalka menepuk bahuku. Aliran listrik kembali menyengat.

"Kalka..."

"Kok ngelamun?"

"Iya."

"Ngelamunin apa?"

"Ngelamunin kamu."

"Jangan! Berat! Kamu nggak akan sanggup, biar saya saja!" Kalka mengucapkannya mirip dengan apa yang ditulis di novel. Aku terkekeh pelan.

"Nggak apa. Karena beratnya cinta masih bisa dirasakan. Kan aku nggak disuruh bawa..."

Kalka terkekeh. Aih, dia terkekeh! Manisnya, ya ampun! Aku gamblang memuji seseorang. Kalau dia manis, kubilang manis. Kalau dia cantik, kubilang cantik. Kalau dia sempurna... aku hanya bisa mengagumi.

Kalka punya semua kapasitas itu. Dia punya kapasitas untuk membuat otakku buntu. Perasaan seketika melingkupi hatiku. Aku galau. Nggak mau dia jadi manis di depan orang lain. Cukup di depanku saja!

"Milo bisa aja, ya!"

"Aku serba bisa."

"Oh, ya?"

"Iya... mikirin kamu tiap hari aja aku bisa."

"Eh?"

"Nggak apa, jangan merasa bersalah! Aku udah biasa mikirin kamu."

"Aih!"

"Karena udah terbiasa, sekarang jadi rutinitas."

"Nggak bosen?"

Aku menggeleng.

"Nggak capek?" Kalka bertanya lagi.

Aku menggeleng untuk yang kesekian kalinya.

"Aku seneng," bisikku.

"Seneng cuma gara-gara mikirin saya?"

"Sambil meluk kalau boleh."

"Milo mulai lagi, ya!"

"Nggak apa. Aku emang sering mulai!"

Kalka masih terkekeh. Aku suka ketika dia begitu. Artinya dia terpesona dengan gombalanku. Meskipun nggak ada yang manis. Meskipun kadang terdengar maksa. Tapi aku jujur sayang padanya.

"Terima kasih udah mau datang berkunjung." Kalka tersenyum. Aku mengangguk.

"Nanti aku sering-sering datang, ya!"

"Nggak apa?"

"Aku yang harus nanya gitu."

"Saya suka kalau Milo berkunjung. Ada yang seru, yang bisa diobrolin bareng."

"Kalau sama orangnya juga suka?"

"Suka."

"Terima kasih. Nanti ganti jadi cinta, ya!"

"Aih, Milo maksa!"

"Nggak apa, aku senang memaksa!"

"Jangan gitu, Milo! Saya nggak enak."

Aku sudah cukup lama bermain di rumah Kalka. Aku memang harus pulang sekarang. Aku nggak mau memaksa Kalka mendengarkanku. Lagi pula... aku nggak ada niatan menginap. Nanti saja. Kalau aku menginap, aku akan mengajaknya begadang.

Jokes In Our BedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang